Pesan Saya untuk Pimpinan Cabang Muhammadiyah Cibiuk

Assalamualaikum Wr. Wb. ini gimana kabarnya alhamdulilah sehat yak ? sehat nggak ? sehat yak ?! hahaha oke sekarang saya ingin sekali menyampaikan sebuah gagasan yang mungkin bisa diaplikasikan untuk kemajuan perserikatan Muhammadiyah di kecamatan Cibiuk yang saya sangat cintai itu hahaha..

Program Pembaharuan saya ini bukanlah bermaksud untuk ‘menggurui’ atau untuk ’mendahului’ atau mungkin hanya untuk mencari sensasi semata. Namun, Program ini saya buat karena adanya post Pak Moh Dahlan yang bercita-cita menyatukan persepsi warga cibiuk yang pada intinya tentang masalah-masalah di Cibiuk yang semakin komlek. ini membuat hati saya terktuk untuk mebuat ‘gagasan’ sederhana


Lambang Muhammadiyah

Mungkin, bila menerima dan menjalankan gagasan ini, akan berdampak terjadinya pergeseran pemikiran diantar individu2 yang bernafas di Cibiuk pada umumnya dan khususnya untuk warga Muhammadiyah yang dulunya bersikap idealis terhadap perintah ‘senior’, lalu akan menjadi sosok yang kritis dan pragmatis dalam menyikapi sesuatu apa pun. Maka setelah itu akan terciptalah masyrakat madani yang sangat diidam2kan oleh seluruh civil society.

Hal ini dikarenakan kehidupan dalam masyrakat madani yang beradab dalam membangun, menjalani dan mampu memaknai arti bermasyarakat. Mungkinkah masyarakat Muhammadiyah yang bermukim di cibiuk mampu mewujudkannya ??? Nah, oleh karena itu, salah satu ciri masyarakat madani adalah Free public sphere atau ruang publik yang bebas. Artinya, kita diberi ‘kemerdekaan’ untuk menyampaikan pendapat, menyaggah suatu pendapat baik kepada guru, ustadz, ulama dll dengan argumen yang kuat serta dengan bukti yang akurat.

Tanpa panjang lebar, inti dari gagasan yang saya tawarkan untuk menjadi masyarakat yang madani semunya bersifak akademis.


1. BUDAYAKAN DISKUSI ILMIAH
Mengapa ? karena semakin banyak kita berdiskusi, maka akan semakin banyak pula kita mendapatkan sesuatu yang baru. Maksud saya begini, ketika saya tinggal di Cibiuk (meski pun setelah lulus SMP hijrah ke negeri orang) saya tidak pernah menemukan atau menemui sebuah acara dialog, diskusi, seminar, debat, bedah buku dll. Hal inilah (menurut saya) yang menjadi faktor utama tidak berkembangnya intelektualisme di Cibiuk.


Seharusnya kita sebagai warga Muhammadiyah dengan label “Sang Pencerah” malu terhadap saudara2 kita seperti FPI, HTI, GP Anshar, MMI dll yang secara melakukan kajian ilmiah baik ditingkat Cabang maupun ditingkat Pusat.


Mereka mengkaji tentang hadits, tafsir bahkan politik dan fisafat. Nah kita ??? Warga PCM Cibiuk hanya melakukan aktivitas berupa pengajian ‘hungkul’. Ini bukan maksud saya tidak suka dengan pengajian, namun jika hanya dengan pengajian saja itu tidak akan ada ruang dialog antara panelis dengan audiens. dan mungkin akan berdampak taqlid buta karena tidak sampainya tujuan utama dari panelis untuk audiens. 


Nah, oleh karena itu, budayakan diskusi ilmiah. Mengkaji persoalan yang ada di masyarakat tentang politik, agama, hukum maupun ekonomi. Datangkan pemateri atau panelis yang mempuni di bidangnya. Akan tetapi akan lebih baik jika dari kita sendiri. 


Keuntungan dari budaya diskusi ilmiah ini selain melatih kita untuk berargumen dan menyampaikan pendapat, bisa menjadi media pemersatu dari sekian banyak persepsi atau pandangan. Maka, akan terciptalah istilah “Pan Cibiukisme” (meminjam istilah Pan Islamisme-nya Jamaluddin al Afghani)



2. MEMBUAT TABLOID/ MAJALAH/ SURAT KABAR

Gagasan ini bersifat media cetak, mungkin akan dianggap absurd dan utopis belaka. Namun, apa salahnya mencoba sesuatu yang baru ? Bukankah orang Yahudi itu bisa menjadi bangsa yang hebat karena selalu mencoba hal2 yang baru ? para pelajar Yahudi di Yeshiva mempunyai frasa yang sanagt bagus, yang dapat membangkitkan semangatnya untuk membuat hal yang baru. “Mewujudkan sesuatu yang tidak mungkin dengan cara2 yang mungkin.”

Oke, kita teruskan. Untuk abad sekarang, media cetak maupun elektronik, baik di dunia nyata atau dunia maya (online), telah dikuasai oleh mereka2 yang pandai menulis. Seperti kata pepaatah orang2 Barat “Jika anda telah memegang Media, maka anda telah memegang sebagian dunia ini”


So, tidak ada alasan untuk tidak merealisasikan gagasan ini. Hahaha saya berpikir gagasan ini terlalu pradoks dengan kultur orang2 Cibiuk yang notabenenya malas untuk menulis. Malas untuk mencurahkan pikirannya ke dalam kertas putih lalu menyebarkannya ke semua orang. Atau masih ragu dan malu2 untuk menyebarkannya ? Oleh karena itu, marilah kita rubah mind set kita agar tidak terkoyak oleh kerasnya pertarungan zaman di abad ke 21 ini yang serba visual. 


Mengapa saya menawarkan gagasan ini ?? karena dunia tulis menulis di media sangat penting. Karena menurut Helvy Tiana Rosa “Menulis adalah memahat peradaban.” Sekali lagi, tidak ada alasan untuk tidak merealisasikan program ini. Apabila gagasan ini sempurna dan dijalankan dengan baik, maka akan bisa menjadi amal usaha Muhammadiyah yang baru, yang tidak selalu bergantung pada sekolah2 atau pondok pesantren.


“Apa bener bisa jadi amal usaha ?” Saya tegaskan Ya sangat bisa menjadi amal usaha Muhammadiyah yang baru dengan cara menulis lalu tentukan temanya (siapa pun penulisnya) lalu kirimkan ke tim redaksi (kalo program ini sudah dibuat) terus dicetak untuk dijadikan majalah atau tabloid atau surat kabar dll dan setelah itu jual ke seluruh warga PC Muhammadiyah Cibiuk. “Kalo gak laku gimana ?” Mustahil, karena penulisnya adalah warga PCM Cibiuk itu sendiri.


Keuntungan yang didapat dari program ini akan sangat banyak, disamping sebagai melatih menulis, juga sebagai amal usaha yang baru.


3. MEMBUAT BUKU
Sayyidina Ali pernah berkata “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya”. Point ini masih tentang dunia tulis menulis, namun ini lebih sulit dan hanya bisa dikerjakan oleh para senior yang telah mempuni ilmunya di bidang tertentu, seperti Agama dll


Hal yang paling miris adalah (yang saya tau) tidak pernah ada seorang tokoh di PCM Cibiuk yang pernah menerbitkan sebuah karya tulis. Padalah kemampuan serta pemikirannya –Khususnya dalam bidang Agama—dapat dikatankan mempuni dan layak untuk dipublikasikan ke semua orang. Saya tidak tau apa yang menjadi hambatannya. Bukankah menyebarkan ilmu hukumnya wajib bagi yang mempunyai ilmu ? Saya tegaskan, jangan hanya ceramah saja, tapi tuliskan ke dalam sebuah karya!!!


Benar kata Pramoedya Ananta dalam bukunya Rumah Kaca, menurutnya “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah”. Apalagi menurut Mark Twain “Ketika sebuah karya selesai ditulis, maka pengarang tak mati. Ia baru saja memperpanjang umurnya lagi”


Dan karena itu, Jika berhasil mebuat buku ini, baik oleh kelompok atau personal, akan meningkatkan citra dan wibawa PCM Cibiuk di mata organisasi lain. Selain itu, khazanah ilmu di Cibiuk akan terasa berwarna dan hidup. Itulah yang saya harapkan, adanya salah seorang atau kelompok yang memprakarsai dan menjadi orang yang pertama menerbitkan buku. Baik berupa keagamaan atau hal2 yang umum, baik fiksi maupun non fiksi.


Itu saja poin yang ingin saya sampaikan dan tawarkan untuk PCM Cibiuk yang hanya semata2 bentuk kepedulian dari seorang Mahasiswa Tarjih Muhammadiyah untuk memajukan PCM Cibiuk..


Silahkan dikomentari, dikritik, atau dibantah dengan argumen yang elegan.. 


No comments