Pihak-Pihak yang Dirugikan oleh Keputusan Kang Emil


Niscaya keputusan Ridwan Kamil untuk tidak ikut-ikutan dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta itu sangat double tepat. Bak film-film Hollywood, keputusan Ridwan Kamil membuat seantero warga Bandung terharu, ia begitu bijaksana dalam mengambil sikap, ia begitu amanah dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin. Hidup Kang Ahok!

Namun siapa sangka keputusan yang diambil Ridwan Kamil ini membuat semua orang senang, karena disini ada beberapa pihak yang dirugikan, diantaranya:

Warga Jakarta

Ada banyak warga DKI Jakarta yang menantikan sosok Ridwan Kamil yang penuh dengan determinasi untuk menjadi pemimpin mereka. Ridwan Kamil adalah sosok yang pas untuk memimpin DKI Jakarta karena dianggap sebagai anti tesa dari Ahok. Ahok yang kafir, Ridwan Kamil yang muslim. Ahok yang pemarah, Ridwan Kami yang humoris. Ahok yang kasar, Ridwan Kamil yang lembut. Ahok yang kaku, Ridwan Kamil yang lebay-alay gimana gitu.

Hal inilah yang menjadi alasan utama bagi warga DKI Jakarta mendukung Kang Emil untuk maju di Pilgub 2017 nanti. Segala upaya mereka lakukan hanya untuk sosok pria yang beragama Islam nan sholeh ini menjadi pemimpin di DKI Jakarta. Jika harus meminjam istilah sepak bola, sampai peluit panjang belum ditiupkan, tidak ada kata menyerah. Mereka kemudian melakukan groufie dengan gaya sesengsara mungkin demi menyampaikan satu pesan yang amat krusial: Ahok gagal dalam memimpin Jakarta.

Namun apa daya, mimpi mereka untuk mendapatkan sosok antitesa dari Ahok ini sirna begitu saja setelah peluit panjang itu ditiupkan sendiri oleh Kang Emil. Mereka hanya bisa pasrah dipimpin oleh orang kafir Ahok Cina. Nah, jika kelak Ahok yang kembali menang, haruskah mereka memba’iat Habib Rizieq menjadi amir DKI Jakarta ? kita lihat saja nanti reaksi dari para penggila 72 bidadari ini.

The Jak Mania

Ada beberapa kasus yang terjadi antara Ahok dan The Jak Mania. Hubungan mereka burdua tidak seharmonis Bobotoh dan Kang Emil yang bersama-sama ikut andil dalam memberikan dukungan kepada Persib Bandung. Apa yang diinginkan oleh The Jak pasti berbeda dengan apa yang dikehendaki oleh Ahok. Misalnya saja Ahok sering menyindir bahwa Jakmania kerjanya hanya bisa rebut.

"Di DKI paling masalah Jakmania. Tidak becus main olahraga, ribut jalan terus. Pemain enggak becus, gaji enggak keurus, gimana mau main," Kata Ahok (Sumber)

Tidak adanya harmonisasi antara Ahok dan The Jakmania, membuat mereka iri hati dengan Ridwan Kamil yang telihat akrab dengan Bobotoh. Hal inilah yang membangunkan harapan para Jakmania, jika kelak Kang Emil menjadi Gubernur DKI Jakarta, mungkin hubungan antara pemerintah dengan supporter bisa berjalan dengan baik. Namun harapan mereka sudah sirna karena Kang Emil memutuskan untuk tidak ikut dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Yah mau gimana lagi, Jakmania harus sabar dan tabah dipimpin oleh Ahok lima tahun kedepan (Jika si Ahok menang).

Teman Ahok

Dengan mundurnya Kang Emil sebagai sosok yang sanggup menandingi kekuatan Ahok dalam pemilihan Gubernur DK Jakarta, tentu membuat senyum lebar tanda kemenangan dari Teman Ahok. Ahok dipastikan akan mulus menang tanpa hambatan meskipun isu SARA menjadi menjadi bom atom. Namun jangan kira kemulusan Ahok ini adalah keuntungan bagi mereka, karena secara profit, jelas keputusan Kang Emil ini adalah kerugian yang tidak dapat didustakan oleh kata dan tindakan apa pun.

Kerugian Teman Ahok adalah menurunnya penjualan kaos dan marchandise. Lho kok ? Wajah Ahok adalah nilai jual yang menggiurkan. Jadi, secara ekonomi, wajah Ahok akan lebih mahal dibandingkan sebelumnya jika ada sosok Ridwan Kamil di dalam percaturan pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Saya yakin seyakin-yakinnya harga jual kaos Teman Ahok akan semakin tinggi berikut tingkat pembeliannya akan meningkat drastic karena begitu hot-nya persaingan mereka berdua. Coba kalian bayangkan jika tidak ada ke-hot-an dalam perhelatan lima tahunan itu, garing bukan, jika garing tentu saja profit juga akan garing.

Kaum Jomblo DKI

Seluruh Indonesia pasti tahu, Kang Emil adalah bapak Jomblo Indonesia. Dia adalah pemimpin yang tidak hanya sibuk mengurusi taman-taman tematik, tetapi juga sangat perhatian dengan nasib kaum Jomblo yang tertindas oleh para kapitalis penghasil asmara. Di setiap postingannya di facebook, Kang Emil selalu menyelipkan kata Jomblo sebagai bentuk dukungan moril. Bahkan betapa pedulinya Kang Emil terhadap mereka, ia membuat taman khusus untuk para Jomblo yang berada di bawah flyover Pasupati agar tidak terkena hujan kala sepi menghadang.

Populasi jomblo di DKI Jakarta yang besar, akan tertampung aspirasinya jika mereka dipimpin oleh Ridwan Kamil. Kaum jomblo ini sudah ridla lillahi ta’ala dengan banyaknya jalanan berlubang di Jakarta, namun mereka tetap saja tidak bisa menerima hatinya berlubang sehingga dengan adanya Kang Emil, setidaknya ada yang memperhatikan, ada yang memahami setiap relung pemikirannya. Karena itulah, mundurnya Kang Emil adalah kerugian bagi mereka secara bathin.

Jonru dan Komplotannya

Keputusan ini manis untuk warga Bandung, namun pahit bagi Jonru seorang. Jonru pasti kecewa berat dengan keputusan Kang Emil, seperti kecewanya fans Liverpool yang gagal mengalahkan Manchester City di laga final Capital One Cup. Bagaimana tidak, dia telah merancang dengan sebaik mungkin agar bisa menjadi bagian dari Panasbung, namun fakta berbicara terlalu bijaksana, Kang Emil tidak maju di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang membuatnya harus menelan pil pahit. Investasi jangka panjang yang ia idamkan, diruntuhkan dengan pernyataan mundur dari kang Emil membuat segala proyeknya hancur lebur bak letusan merapi.

Para panasbung (pasukan nasi bungkus) dan panascing (pasukan nasi kucing) akan kehilangan job mereka. Etapi tunggu dulu, andaikan Kang Emil tidak mundur dari Pemilihan Gubernur DKI ini, apakah beliau akan sudi didukung oleh seorang Jonru yang terkenal.. hmm ah sudahlah…

Keputusan Ridwan Kamil ternyata tidak membuat orang senang, justru membuat sebagian orang mengalami kerugian, jika begini, siapa yang harus disalahkan ? 

No comments