Asyem Tenan!
Saat puisi murahan ini ditulis, mengelus satu rasa yang
teruntai membangkit riuh tangis dan tawa. Memori menerbangkan rindu ke nirwana
yang paling sunyi..
Tapi… dalam relung kalbu mulai tersusun jembatan ragu…
Yaelah lebay…
Asal kau tau, rindu ini memuncak pada ubun, kasmaran
menggeliatkan jiwa untuk memaksa raga agar nampak tegar rupawan…
Rindu tetaplah rindu, dia tak berongga, tak berasa, tak
berwarna. Tapi tetap bisa menyayat, menikam, dan meninggalkan luka..
Hati ini berasa ditusuk, ditikam, dihujam, dirajam…
Allahuakbar! lebay banget, mas…
Persetan ah!
Mari lanjutkan, wong rindu yaa bakalan begini. Mana mungkin
wong rindu malah makan batagor…
Sudut sepi saat itu.. kau tau, masih ku ingat saat itu..
Iya saat itu…
Saat dikau bunuh aku dengan diammu…
Berasa semua jenis cacian menujam jantung...
Kadang lecet gara-gara sepatu baru bisa lebih perih dan pedih
dari luka yang kau goreskan di hati ini, maaaaakkk!!
Aku pikir kamu marah dengan cara diammu…
Ternyata kau cuman tidur…
Asyem tenan!
Post a Comment