Mengapa Seorang Teis Menjadi Ateis ? ini jawabannya
Assalamualiakum Wr. Wb. readers.. ini gimana kabarnya alhamdulilah sehat yak ?? sehat nggak ?? sehat yak! hahaha beberapa waktu yang lalu seperti biasa, saya selalu berdebat dengan Kristen, Filosof, bahkan Ateis. oleh karena itu, saya menuliskan ini mungkin adalah sebuah keharusan agar semua teman2 tau apa yang mereka 'serang' terhadap pemikiran kita sebagai seorang muslim yang taat.. oke, cekidot!
Ada beberapa sebab yang menjadikan seorang penganut agama (teis) menjadi tidak percaya terhadap Tuhannya (atheist). Berdasarkan penelitian kecil2an yang saya lakukan hahaha, ada beberapa sebab, mengapa seseorang menjadi ateis. Diantaranya:
1. Seorang teis menjadi ateis karena hasil berfikir. Dalam ranah Agama begitu banyak mitos2 yang diciptakan yang mereka anggap irrasional dan tidak masuk akal. Seperti adanya surga, neraka dll. Terus, karena adanya gesekan antara intelektualitas dan religiusitas, filsafat dengan teologi dan agama dengan sains. Mestinya, kalo boleh jujur, semuanya kompromistis dan integrative. Akan tetapi memang benar kata Karen amstrong “dialog antara teolog dan filosof sangat berbahaya.” Mengapa berbahaya ????? para filosof, yang selalu diincar oleh mereka adalah memberangus agama dengan akalnya sedangkan para teolog menyerang mereka dengan wahyu. Sangat jelas, ateis tidak mugkin menerima wahyu sebagai landasan argument. Tapi, perlu diingat oleh para ateis, ruang metafisika adalah rumahnya bagi agama (teis) jadi, tidak bisa dipisahkan dan dunia ini tidak hanya sesuatu yang ber”fisik”..
2. Seorang teis menjadi ateis karena humanism. Golongan ini selalu mengedepankan kemanusiaan (humanism), mereka menganggap bahwa agama adalah sumber dari kekacauan di bumi ini. Perang atas nama agama telah banyak memakan korban. Padahal, kalo boleh saya komentari, jika kita belajar teori konfliknya Marx, bahwa konflik yang ada selama ini adalah tentang pertarungan kelas. Berarti, sumber konflik bukanlah agama. Terus, katanya agama (terutama Islam) menghalangi manusia untuk berbuat baik dan tidak toleran terhadap perbedaan. Eh, kata siapa ??? dari 1,5 m muslim yang ada di dunia ini mungkin hanya 0,001% yang bermuka brengsek. Terus, kenapa banyak orang yang menyimpulkan kalo agama itu sumber kekacauan ?? sumber kekacauan yang paling jelas dan banyak bukan faktor agama, tapi POLITIK!
3. Seorang teis menjadi ateis karena berpaham relativisme dan pluralism.. ada ungkapan “saya benar menurut saya dan anda benar menurut anda.” Logika relative.. ada juga ungkapan “saya benar dan mungkin atau anda juga benar.” Ini logika pluralism.. pada sisi yang lain, relativisme dan pluralism ini secara tidak langsung mengajarkan “semua sama dan benar” atau kadang kala “tidak ada kebenaran.” Dan berujung pada “tidak ada kebenaran absolute.” Nah, logika-logika seperti inilah yang memberangus seorang teis untuk lebih toleran kepada kaum lain yang berujung pada penolakan terhadap kebenaran sejati yang kami sebut sebagai TUHAN.. kalo dalam Islam, masalah aqidah atau kepercayaan tidak ada kata toleran.. “agama lu agama lu, agama gua yaa agama gua.. raurus!” oke lanjut hahaha..
4. Seorang teis menjadi ateis karena Agama dianggap mengebiri kebebasan. Selama beragama berarti kita tidak bebas berbuat sesuatu.. haha maaf yak pada bagian ini saya idak mau menjelaskannya..
5. Seorang teis menjadi ateis karena taqlid. Menjadi ateis karena ikut2an atau paling nggak hanya meluapkan kekesalan kepada agama tertentu atau karena memang nggak ada kerjaan atau paling nggak biar dibilang keren! Karena ateis itu pinter2.. eh kata siapa ??? kata siapa lebih ateis itu lebih pintar karena menggunakan akalnya.. kata siapa ?? pasti kata kompas! boleh saya bercerita ?? boleh yak.. liat percakapan dibawah ini antara ahli gunung berapi (sutisna), teis (acep) dan ateis (saru).
Ada beberapa sebab yang menjadikan seorang penganut agama (teis) menjadi tidak percaya terhadap Tuhannya (atheist). Berdasarkan penelitian kecil2an yang saya lakukan hahaha, ada beberapa sebab, mengapa seseorang menjadi ateis. Diantaranya:
1. Seorang teis menjadi ateis karena hasil berfikir. Dalam ranah Agama begitu banyak mitos2 yang diciptakan yang mereka anggap irrasional dan tidak masuk akal. Seperti adanya surga, neraka dll. Terus, karena adanya gesekan antara intelektualitas dan religiusitas, filsafat dengan teologi dan agama dengan sains. Mestinya, kalo boleh jujur, semuanya kompromistis dan integrative. Akan tetapi memang benar kata Karen amstrong “dialog antara teolog dan filosof sangat berbahaya.” Mengapa berbahaya ????? para filosof, yang selalu diincar oleh mereka adalah memberangus agama dengan akalnya sedangkan para teolog menyerang mereka dengan wahyu. Sangat jelas, ateis tidak mugkin menerima wahyu sebagai landasan argument. Tapi, perlu diingat oleh para ateis, ruang metafisika adalah rumahnya bagi agama (teis) jadi, tidak bisa dipisahkan dan dunia ini tidak hanya sesuatu yang ber”fisik”..
2. Seorang teis menjadi ateis karena humanism. Golongan ini selalu mengedepankan kemanusiaan (humanism), mereka menganggap bahwa agama adalah sumber dari kekacauan di bumi ini. Perang atas nama agama telah banyak memakan korban. Padahal, kalo boleh saya komentari, jika kita belajar teori konfliknya Marx, bahwa konflik yang ada selama ini adalah tentang pertarungan kelas. Berarti, sumber konflik bukanlah agama. Terus, katanya agama (terutama Islam) menghalangi manusia untuk berbuat baik dan tidak toleran terhadap perbedaan. Eh, kata siapa ??? dari 1,5 m muslim yang ada di dunia ini mungkin hanya 0,001% yang bermuka brengsek. Terus, kenapa banyak orang yang menyimpulkan kalo agama itu sumber kekacauan ?? sumber kekacauan yang paling jelas dan banyak bukan faktor agama, tapi POLITIK!
Kalahkan logika atheist dengan logika juga |
3. Seorang teis menjadi ateis karena berpaham relativisme dan pluralism.. ada ungkapan “saya benar menurut saya dan anda benar menurut anda.” Logika relative.. ada juga ungkapan “saya benar dan mungkin atau anda juga benar.” Ini logika pluralism.. pada sisi yang lain, relativisme dan pluralism ini secara tidak langsung mengajarkan “semua sama dan benar” atau kadang kala “tidak ada kebenaran.” Dan berujung pada “tidak ada kebenaran absolute.” Nah, logika-logika seperti inilah yang memberangus seorang teis untuk lebih toleran kepada kaum lain yang berujung pada penolakan terhadap kebenaran sejati yang kami sebut sebagai TUHAN.. kalo dalam Islam, masalah aqidah atau kepercayaan tidak ada kata toleran.. “agama lu agama lu, agama gua yaa agama gua.. raurus!” oke lanjut hahaha..
4. Seorang teis menjadi ateis karena Agama dianggap mengebiri kebebasan. Selama beragama berarti kita tidak bebas berbuat sesuatu.. haha maaf yak pada bagian ini saya idak mau menjelaskannya..
5. Seorang teis menjadi ateis karena taqlid. Menjadi ateis karena ikut2an atau paling nggak hanya meluapkan kekesalan kepada agama tertentu atau karena memang nggak ada kerjaan atau paling nggak biar dibilang keren! Karena ateis itu pinter2.. eh kata siapa ??? kata siapa lebih ateis itu lebih pintar karena menggunakan akalnya.. kata siapa ?? pasti kata kompas! boleh saya bercerita ?? boleh yak.. liat percakapan dibawah ini antara ahli gunung berapi (sutisna), teis (acep) dan ateis (saru).
14 februari adalah hari indah untuk semua orang yang mempunyai pasangan,
semua orang menyebutnya hari valentine—hari kasih sayang (kok Cuma sehari). Tiba2,
gunung tangkuban perahu meletus.. ini tanggapan mereka:
Acep: “Astagfirullah, gunungnya meletus! Ini azab dari Allah karena
banyak maksiat di kota bandung.” Lalu datanglah si saru dan dia berucap “masih
percaya sama mitos ? kenapa yak orang beragama itu bego! Itu bukan karena
Awloh.. ah dasar kaum teis emang nggak mau berpikir, ujung2nya pasti si Awloh
lagi awloh lagi.” Kemudian datanglah Pak sutisna, dia adalah seorang ahli dalam
gunung berapi lalu dia menjelaskan “gunung merapai meletus karena endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan2 seperti inilah gunung berapi terbentuk. Letusannya yang membawa abu dan batu menyembur dengan keras sejauh radius 18 km atau lebih, sedang lavanya bisa membanjiri daerah sejauh radius 90 km....”
Allah yang mengaturnya, manusia yang mencari jawabannya |
Akhirulkalam, kita manusia sebagai "Makhluk", kalo ada kata "Makhluk" berarti ada kata "Khalik" dan siapa "Khalif itu ????? yaa kalian semua benar, ALLAH! he is the real God!
Byeee semuanyaa semoga bermanfaat :)
Seri lanjutannya gan! Mengapa Teis menjadi Ateis ? Part II
Post a Comment