Episode II: Lembaran Pertama

----------
Daftar ulang di secretariat telah diatasi, semua persyaratan telah terpenuhi, saya dikasih kunci lemari, berjalan ke asrama sendiri, tidak ada yang menemani, mau ngajak Raisa ngopi, tapi dia nggak mau ditemani, jadi hanya pohon yang ada di sisi ku selama ini dan teriakan “aku santri!” terdengar begitu nyaring di hati yang memantapkan diri ini untuk menjadi pribadi yang disantuni.  hahaha
Yeah! Akhirnya saya telah sukses secara de facto dan de jure masuk pesantren modern. Bangga sih cuman agak sedikit gimanaa gitu hahaha.
Berangkat ke pesantren Saya diantar oleh keluarga besar, tiba di pesantren, langsung ditinggalkan begitu saja dipekarangan serigala yang buas.. Lebih tepatnya seperti dianak tirikan. Eh bukan hanya itu, seperti diterlantarkan! Menyedihkan. Kasian. L
“Belajar yang benar, Ibu pulang dulu” kata Ibu
Sebentar! Entah berapa kali ibu saya berkata Belajar yang benar dari sejak SD kelas satu bahkan sampai sekarang— Tapi sekarang agak jarang dan nggak sesering dulu sih— Mungkin kalo dulu, ibu saya mengucapkan kalimat itu sebanyak 4x sehari udah kayak minum bodrex. Berarti sekitar 126 k lebih beliau mengucapkan  itu. Kalian bisa bayangkan, itu yang wajib, belum lagi yang sunnah, belum yang mubah. Wah bisa berates-ratus ribu itu hahaha belum kalo dia lagi dapet terus marah-marah. Waaaah berapa tuh ? haha
Tapi, memang benar. Kasih Ibu itu sepanjang masa. Benarkah ?
Oke, pertanyaannya adalah Pernahkah anda membayangkan seorang yang pakir terus minta-minta di pinggir jalan atau di trotoar terus pura-pura nangis, bawa anak kecil supaya orang mendapatkan kesan dramatisasi korea tapi nggak ada yang ngasih uang ? pernah yak ?! Nah, saya seperti itu saat pertama di pesantren.  Hahaha masih percaya kasih Ibu sepanjang masa ? (Canda Men!) haha
Ah lupakan soal di’marjinal’kan saya ini. Terlalu sedih untuk dituliskan.
Di dalam kamar. Saya membuka jendela untuk bisa menatap langit biru di siang hari, kembali membuka cakrawala pemikiran yang mulai menyempit. Terlihat dengan mata kepala sendiri bukan mata kepala orang lain, burung terbang melintas tepat diatas kepala mengeluarkan bom molotov dari pantatnya, Shit. seakan-akan dia berkata: “Mampus Lu..” lalu dia pergi tanpa pamit dan mengucapkan salam perpisahan. Sial.
Saya tetap sabar dan mengabaikan burung itu. Lalu saya banting stir, menatap matahari. Sinarnya begitu terang. Hangat. Indah. Namun, kehangatannya  itu , 180 derajat berbeda dengan matahari yang ada di kampung saya yang begitu bersahabat, adil dan makmur. Kemudian matahari pun berucap juga: “emang enak hidup di pesantren ?“
Yaa.. udara di pesantren terasa sangat panas. Akhirnya, saya pergi ke wc untuk mandi mendinginkan tubuh. Memandang bayangan diri sendiri di dalam air yang tenang. Bayangan itu tersenyum. Tertawa. Gembira. Cemberut. Lalu menangis.
Eeebuset! ternyata seorang Ilham Ibrahim ini bencong juga yak ? haha lalu bayangan dalam air itu mengeluarkan syairnya “Cemen banget Lu Anjing! Najis. Jangan deket-deket gua kampret!” hahaha
Sempat berpikir dan merenung. Apa alam menolak saya untuk masuk pesantren ? mengapa burung membenci saya masuk pesantren ? mengapa matahari meragukan saya masuk pesantren ? mengapa air yang tenang bersikap seperti itu kepada diri yang hina ini.. haaa.. huuaa.. sudahlaaaaaaaaaah.. ambil nyawaku Tuhan! Ambiiiil.. Aku relaa.. nggak ada yang memperdulikamkuu hikz.. hikz.. hikz.. hikz.. hahaha beberapa menit kemudian, saya mendengar percakapan dua orang santri lama:
“eh Kang, tau nggak ?”
“apaan ?”
“Ada orang yang dikabulkan doanya oleh Allah SWT”
“Iyalah, mungkin dia sholeh, rajin shalat, zakat, puasa”
“Bukan itu, dia berdoa di Facebook agar cepat mati. 10 menit kemudian dia mati beneran. Konyol lagi”
Deug! Mendengar itu, saya langsung lari ke kamar dan tobat agar jangan dulu diambil nyawa oleh malaikat maut yang kejam. Tapi kalo dipinjam sih nggak apa-apa asalkan jaminannya STNK mobil atau motor yak haha.
oh tidak! ternyata Tuyul berkebangsaan Nigeria, aktivis feminism, berkelamin betina dan berambut gimbal ala anak reggae (bisa dibayangkan tuyulnya kayak gimana ? haha) telah masuk ke dalam diri saya sehingga saya mempunyai pikiran yang kacau balau.
Ternyata eh ternyata.. Bukan, bukan tuyul yang masuk ke dalam paradiqma saya. Tapi, seorang manusia berjenis kelamin betina. Ah dasar wanita! Pikiran saya selalu kacau oleh makhluk yang Allah ciptakan dengan nama WANITAAAAAA!
Wanita, itulah problem saya selama ini. Bukan soal nanti akan jadi apa ? tujuannya apa ? kenapa begitu ? kamu dimana ? dengan siapa ? semalam berbuat apa ? haha ternyata Bukan! Tapi wanitalah yang membuat pemikiran ini sempit. “Racun dunia” begitu kata Changcut Ranger.
Berat hati ini tinggal di pesantren. Tapi semunya berubah saat lembaran baru dimulai.. jreng.. tolong putarkan lagunya..
Hari pertama di sebuah pesantren modern sangat menegangkan bagi saya. Bagaimana tidak, saya satu kamar dengan 3 orang yang memiliki sifat dan karakter.. yaa bisa dibilang aneh untuk takaran manusia bahkan alam jin dan setan, iblis juga hahaha.
Orang pertama yang saya temui dan mengajak kenalan adalah seseorang yang bernama Faris Muhammad Naufal asal Indramayu.
Faris, si Budi

“Nama saya Faris, kamu ?” katanya. Aksen suaranya medok.. yaa seperti orang jawa pada umumnya. Datar. tidak berirama. Fals dan sungguh sangat JELEK men!
Dia seperti hulk di dunia nyata. tapi sayangnya, kalo hulk itu berkulit hijau bermuka imut badannya keker dan bisa dibilang keren, tapi si Faris ini berkulit yang tidak jelas asalnya. Kadang hitam, kadang sawo matang dan kadang juga sawo setengah matang yang harus didiemkan selama beberapa hari agar kematangannya menyeluruh hahaha kira-kira warnanya apa yak ? haha
Faris memiliki wajah yang lonjong seperti gas 3 kilo yang dijual di pasar-pasar tradisional. Dia memiliki tubuh yang sangat atletis, Keker, keras, bertenaga kuat dan tahan lama seperti semen tiga roda namun saying, dia pendek haha.
Yang perlu dicatat oleh anda, anda dan anda semua dari keunikan si Faris ini adalah ketika dia beres mandi lalu keluar dari kamar mandi, tanpa ada rasa malu dari kemaluannya, dia berjalan seperti ade ray kecil yang memperlihatkan tubuh besarnya itu. Dia berjalan sambil mengerutkan dahinya seperti limbad yang mencoba makan paku tapi nggak bisa-bisa.
Setelah berkenalan dengan Faris, ada seseorang yang menghampiri saya, lagi. Konon katanya, dia cucunya Nabi Ibrahim yang tahan api. Tapi, saya sih nggak terpengaruh oleh cerita isra’iliyat yang seperti itu. Yups! Teman-teman menyebutnya JOE si Manusia Api Unggun..
Memang benar. Incu Nabi Ibrahim. Subhanallah

“hehehe nama kamu siapa ? hehe” kata si JOE
Yang saya tau dan menjadi ciri khas dari si Joe ini adalah setiap diawal dan diakhir perkataannya pasti ada tawa didalamnya. Sudah menjadi semacam rukun berbicara yang harus terpenuhi dan kalo rukun itu nggak terpenuhi maka bicaranya itu dianggap tidak sah. Aneh kan ?
Ridwan Jauhari. Itulah nama asli yang tertulis didalam ijazahnya. Nama yang aneh. Mungkin orang tuanya menamai kata “Jauhari” itu karena beberapa alasan sebagai berikut:
 Pertama, sebelum lahir, udah jauh-jauh hari si Joe pengen keluar dari sarangnya, ingin menikmati kebebasan dunia yang begitu luas karena tempatnya terlalu kecil untuk berlari bersama awan hahaha.
kedua, kata itu menunjuka doa, maka orang tuanya menamai “Jauhari” agar anaknya visioner atau punya pandangan ke depan yang lebih maju.
Ketiga, kata “Jauhari” ternyata menyimpan misteri yang tidak bisa ditebak.
Si Joe ini sangat berbeda dengan si faris. Joe lebih santun tapi kadang anarkis. Joe kadang sopan tapi sering kali kesurupan. Joe selalu mengasihi tapi dia selalu patah hati. Joe sering adzan tapi nggak pernah jadi imam dan si Joe kadang lapar dan terus kelaparan hahaha entah kapan dia merasa kenyang ?? hahaha
“Nama saya Durahman..”
si Dudu

Ini orang ketiga yang ngajak kenalan dengan saya. Nggak perlu dijelaskan lebih detail sikap dan karakternya karena nggak terlalu penting untuk dituliskan. Yang pasti dia memiliki semangat yang tinggi, bertanggung jawab. Udah. Itu doang. Hanya itu kelebihannya. Selebihnya, kekurangan semua hahaha
Faris, Joe dan Durahman adalah teman pertama saya di pesantren itu. 
Yeeeeaaah! Hari pertama di pesantren dilalui dengan seksi tanpa cacat dan keringat. Tapi, semua cerita di pesantren ini belum berakhir. Akan ada komedi, patah hati dan misteri disetiap momennya.
 penasaran ? nantikan di Episode ke III: si Gendut, si Krempeng, si Jangkung dan si Kecil. eaa qaqa

2 comments: