Wawancara FILSAFAT
Assalamualaikum Wr. Wb.. saya pernah ngechat bareng dengan seorang dosen
sosiologi Universitas Andalas di Facebook yang saya rangkum menjadi 3
pertanyaan pokok.. kira-kira seperti ini wawancaranya:
kalo pengertian filsafat secara umum mungkin
kamu udah tau yah.
Plato mengatakan bahwa filsafat tidak lain
daripada pengetahuan tentang yang ada. Aristoteles menganggap bahwa filsafat
itu menyelidiki sebab dan asas segala benda. Kan mengemukakan filsafat itu
pokok dari segala ilmu pengetahuan yang ada.
Tapi kalo aku, secara sederhana, Filsafat itu
diartikan sebagai seni bertanya. Mengapa ? karena sebagai induknya ilmu pengetahuan,
Filsafat bermula dari sebuah pertanyaan. Misalkan, “who Am I ?” dari pertanyaan
ini munculah suatu disiplin ilmu antropologi dan psikologi. Begitu juga halnya
dengan Darwin, ia mempunyai sebuah Tanya “dari mana asal manusia ?” maka karena
ada sebuah “Tanya” itu, lahirlah karyanya “The Origin of Species”, teori
evolusi pun berkembang.
2. diantara ontologi, epistemologi dan aksiologi mana yang
paling penting? alasannya?
Kita berangkat dulu dari pengertian
ketiganya:
-
Menurut
Runes “Epistemologi is the branch of philoshophy which investigates the origin,
stucture, methods and validity of knowledge.” Karena itulah epistemologi sering
dikenal sebagai filsafat pengetahuan. Secara sederhana menurutku Epistemologi itu dapat didefinisikan sebagai cabang
filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya
sebuah pengetahuan.
-
Menurut
Louis O. Kattsoff dalam bukunya element
of philosophy, aksiologi bisa
disebut sebagai the theory of value atau teori nilai. Bagian dari filsafat yang
menaruh perhatian tentang baik dan buruk, benar dan salah, serta tentang cara
dan tujuan.
-
Ontologi itu aku lebih suka
memakai istilah the
theory of being qua being atau ilmu tentang hakekat yang ada sebagai yang ada. Pengertian paling umum pada ontologi adalah bagian
dari bidang filsafat yang mencoba mencari hakikat dari sesuatu.
Kembali ke pertanyaan awal “mana yang lebih
penting ?” kalo aku melihatnya—fungsi filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan— apa
yang ditanyakan dan apa yang dihasilkan oleh Epistemologi, ontologi dan
Aksiologi itu ?
Ontologi bertanya “Apakah sesuatu itu ada ?”,
melahirkan suatu disiplin ilmu yang berhubungan dengan metafisika. Seperti:
Ilmu Kalam, Teologi dll.
Aksiologi bertanya “apakah kebaikan itu ?”
melahirkan suatu disiplin ilmu yang berhubungan dengan ilmu sosial. Seperti: Sosiologi
dll
Epistemologi bertanya “Apakah pengetahuan itu
?” melahirkan suatu disiplin ilmu yang berkaitan dengan ilmu alam. Seperti: Biologi
dll.
Melihat dari segi tanya dan sesuatu yang
dihasilkan dari ketiga diatas itu, aku lebih memilih epistemology, kenapa
? karena
epistemology (meskipun semuanya mempunyai kelebihan) berdaya guna dalam mencapai hasilnya,
sementara aksiologi dan ontologi tidak dapat digunakan untuk mendirikan dan
membangun ilmu pengetahuan. Bahkan, menurutku aksiologi dan ontologi lebih cocok untuk melestarikan kesalahan dan
kesesatan yang ada ketimbang mengejar menentukan kebenaran serta kegunaannya
untuk kemanusiaan.
3. diantara ketiga pengetahuan (scientific, estetika, dan
religi) mana yang paling prioritas bagi kehidupan dan jelaskan.
Sains, Agama dan Estetika. Dari sini, aku melihat, Antara Sains dan
Agama sebagai kebutuhan primer (yang harus terpenuhi) sementara estetika hanya
sebagai kebutuhan sekunder (pelengkap). Tapi, aku disini nggak menafikan
estetika lho. Jadi, estetika aku tempatkan di urutan ketiga. Menurutku sangat
tepat, karena menurut Ibnu Rusyd dalam bukunya yang berjudul Incoherence of the
incoherence bahwa ada dua kebenaran, yaitu kebenaran akal (ilmu) dan wahyu.
Nah, sekarang, mana yang harus didahulukan ? Sains atau Agama ?
Richard Dawkins, Francis Crick, Steven Pinker, serta Stephen Hawking
mempunyai Pandangan yang menempatkan sains dan agama dalam dua ekstrim yang
saling bertentangan. Bahwa sains dan agama memberikan pernyataan yang
berlawanan sehingga orang harus memilih salah satu diantara keduanya.
Cerita Galileo Galilei
harus dihukum seumur hidup, dan Giordano Bruno dibakar karena keyakinannya,
selalu diungkit untuk menambah ketegangan antara agama dan sains.
Padahal, menurut Dan Brown dalam nevolnya yang berjudul Angels and
demons “antara sains dan agama itu tidak bertentangan, karena sains terlalu
muda untuk memhami Agama.”
Sebelum meninjak lanjuti kasus ini, aku ingin melakukan tinjauan kritis.
Bagaimana hasilnya jika Agama tanpa sains ?
- Harun Yahya dalam bukunya the Disasters Darwinism Brought to
Humanity menggambarkan berbagai bencana kemanusiaan yang ditimbulkan
oleh Darwinisme, di antaranya berupa rasisme dan kolonialisme. Ketika sains
dijauhkan dari tuntunan agama; ketika sains diabdikan untuk memenuhi hawa
nafsu, maka bencana kemanusian tak mungkin terhindarkan.
-
Di
zaman modern ini, manusia telah membelanjakan secara gila-gilaan alat-alat
pembunuh masal. contoh, Jeremy Issacs dan Taylor Downing, dalam bukunya, Cold War memaparkan
antara 1945-1996, sekitar 8 triliun USD ($ 8.000.000.000.000) biaya dikeluarkan
untuk persenjataan di seluruh dunia. Puncaknya, persediaan nuklir mencapai 18
mega ton. Padahal seluruh bom yang diledakkan pada perang dunia II
‘hanya’ 6 megaton.
-
Pesatnya
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai hasil aplikasi sains. Akhirnya,
manusia telah mampumengeksploitasi kekayaan- kekayaan dunia secara
besar-besaran. Yang menjadi permasalahan adalah pesatnya kemajuan itu sering
diikuti dengan merosotnya kehidupan beragama.
Atau apa yang didapatkan dari agama tanpa
sains ?
-
Kemajuan
sains selalu ditandai dengan kemajuan sebuah peradaban. Namun, kemajuan perdaban
tidak pernah karena alasan taat beribadah kepada Tuhan yang Maha Esa.
Jadi, antara Sains dan Agama, yang harus
didahulukan adalah Agama. Karena sebagai tameng agar kita tidak terjerumus ke
jurang ateistik.
Semoga Bermanfaat
Post a Comment