Untuk Wanita yang Hamil di Luar Nikah, Don’t Worry!

Dari hasil penelitian yang saya lakukan dalam tempo semalam, saya menyimpulkan bahwa wanita yang hamil setelah pernikahan selalu bahagia. Sedangkan wanita yang hamil di luar pernikahan selalu panik. 


Dalam kehamilan pasti melewati berbagai fase. Nah dalam fase ketika sudah memasuki kandungan tua, biasanya si wanita yang hamil secara mainstream akan berada dalam kondisi manja tingkat tinggi dimana ia akan bilang: “Ayah.. Ibu ngidam pengen piknik keliling Eropa titik.”

Namun sungguh menderita bagi wanita yang hamil di luar nikah. Mau bermanja-manja mana mungkin bisa. Bermanja sedikit akan ketahuan lagi ngidam. Karena itu, mereka harus pintar-pintar menyembunyikan segala hal yang berkaitan dengan kehamilan, mulai dari mual sampai gerakan tubuh harus seminimalis mungkin. Jika tidak, kehamilan akan berbuah kemurkaan.

Nah, di fase kelahiran, biasanya wanita yang mengandung secara halal kebanyakan mengalami kesulitan dan kepayahan saat mengandung dan melahirkan anaknya. Meminta suami menemai proses persalinan. Bahkan dua hari sebelum prosesi kelahiran, biasanya mereka sudah stay di Rumah Sakit. Baju-baju bayi sudah dibeli lengkap dengan sedotan susu. Tak lupa pampers disiapkan dengan baik demi menjaga stabilitas kebersihan tempat tidur si calon bayi. Merepotkan sekali.

Berbeda dengan yang hamil di luar nikah, mereka tidak pernah mengalami hal-hal yang menyulitkan diri sendiri sebagaimana wanita lain yang hamil melalui jalur yang sah. Mau melahirkan yaa melahirkan saja. Tidak perlu repot harus siap ini-itu. Mereka begitu mudah melakukan prosesi melahirkan kandungan tanpa bantuan bidan atau siapapun. Individualis. Mereka bisa melahirkan dimana saja, di toilet, di jalan, di mobil, di sawah, di puncak gunung, dan di  tempat lainnya yang minim peralatan dan bantuan medis.

Nah di fase terakhir ketika bayi sudah keluar, sungguh menjadi kebahagiaan tiada tara yang patut dirayakan dengan menyembelih hewan aqiqah sebagai tanda bakti kepada Tuhan. Bayi disambut dengan jutaan senyum mengembang dari keluarga besar. Semua orang yang merasa mempunyai ikatan batin ingin sehingga memeluknya, menggendongnya bahkan menciumnya. Mereka begitu antusias menyambut anggota baru dari kekokohan keluarga besarnya.

Sulit dibayangkan untuk wanita hamil di luar nikah. Bayi yang keluar dari rahim seperti menyalahi takdir. Ia keluar dengan terpaksa dan hanya disambut oleh tangisan sendu dari ibunya seorang diri. Tak ada keluarga besar. Tak ada tempat istimewa. Tak ada senyuman. Yang ada hanyalah memori dosa dan pria bejat tak bertanggungjawab mengawang-ngawang dalam pikirannya. Malang memang. Tapi itulah yang ia pilih.

Betapa hebatnya wanita yang hamil di luar nikah. Secara susila mereka bejat, bangkang dan nakal. Namun, jika kita lihat dari segi ketegaran, wanita yang hamil di luar nikah jelas lebih luarbiasa daripada wanita yang hamil secara mainstream.

Ketegaran yang mungkin hanya bisa dilakukan oleh mereka. Tentang pengasingan dari masyarakat, beratnya membawa kandungan, tidak bertanggungjawabnya seorang lelaki dan perihnya saat bayi hendak keluar dari perut. Saya kira semacho apapun seorang lelaki, ia takan mungkin sanggup bila menjadi wanita yang hamil di luar nikah.

Memang, yang halal suka lebay, yang haram sungguh tegar. 

Jadi ini adalah jalannya, Tuhan sedang memberikan hidayah dan memberikan kesempatan untuk mereka segera hendak bertobat dan membesarkan anaknya. Hamil di luar nikah mungkin dosa, tapi akan lebih berdosa lagi jika membunuh bayi yang ada dalam kandungan.

Jadikanlah bayi yang ada dalam kandungan—meskipun di luar nikah— dibesarkan, disekolahkan. Mungkin itulah cara Tuhan untuk mengampuni dosa maksiat yang telah lalu. Karena itu, bagi mamah muda yang hamil serta belum tahu ayah kandungannnya atau ayahnya ga mau bertanggungjawab, jangan risau dan frustasi lalu membuang darah daging sendiri ke sungai Citarum. Ingat! Citarum sudah banyak sampahnya.

Tidak. Saya tidak mengkampanyekan untuk hamil di luar nikah. Saya hanya memberikan pandangan yang sedikit berbeda bahwa hamil di luar nikah bukanlah bagian dari tanda-tanda kiamat. Karena itu, bagi yang sudah terlanjur, ubahlah haluan hidup, berbenah diri dan segera bertobat. 

8 comments:

  1. Saya nangis baca ini. Saya adalah salah satu ibu yg melahirkan anak di luar nikah. Saya sendiri merasa bahwa saya enggak menyesal punya anak ini, tp saya menyesal dgn cara yg salah. Sy paham kalau saya salah berdosa, dan sy rela org menghakimi sy. Tp sampai skrg sy sakit hati bgt klo imbasnya ke anak sy. Sy jg merasakan gmn rasanya ngidam diem2, gak bisa mual2 di sembarang tmpt, dll krn tkt org tau. Setelah tau, mertua sy sampe hati bilang melahirkannya di luar kota aja krn takut org nyangka2 kok tb2 saya bawa anak. Sy sedih bgt dengernya di samping sy sebetulnya butuh support, kok malah diusir secara alus? Sy melahirkan cm berdua sm suami, mertua dan orgtua gak nemenin. Mereka menutupi berita kelahiran anak sy. Di rs saya pulang bertiga aja. Sampai ada org blg, keluarganya mana? Krn mereka liat sy kerepotan bw bayi dan barang2 bawaan.

    Mertua jg agaknya nutupin anak sy dari tetangga2 lain. Setiap ditanya, lahirnya kpn mertua saya terkesan nutupin.

    Padahal sy mau membanggakan anak sy. Sy paham saya berdosa dan salah. Tp sy dan suami berniat membesarkan anak ini dgn baik sbg penebus dosa dan kesalahan kami. Skrg kehidupan kita jauh lebih normal. Tp sy masih sj sakit hati kalo inget ini. Skg adik ipar sy melahirkan, mertua sy nemenin dia sampai lahiran bahkan rela nginep. Hati sy sakit bgt, bertanya2 kmn dia dulu waktu sy melahirkan?

    Tp sy anggap gak apa2 ini imbas saya melakukan dosa. Tp sy gak pengen anak sy kena imbasnya jg. Biar sy yg nanggung kesalahan ini, sy ingin tetap anak sy bisa dibanggakan.

    Jd artikel ini betul bgt. Kita mudah menghakimi tp gatau sebetulnya dampaknya kyk apa. Mudah2an kita bs lebih bijak mandang suatu hal ke depannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wahhh makasih atas komentarnya, mbak. Tetap tegar. Semoga anaknya menjadi orang sukses yang membanggakan segalanya sehingga menghapus luka lama Anda :))))))

      Delete
  2. Sya jg trmsuk yg hmil dan mlahirkan di luar nikah,sya mulai dekat dg pasangan sya sjak sering ikug kegiatan sosial,sya tahu dia sudah punya istri dan sya dari awal biasa2 saja seperti rekan pada umumnya. Sampai dia terus masuk ke kehidupan sya,dan sya tahu dia bertahun2 tak diurus oleh istrinya(kawan2 terdekatnya jg tahu) dan dia bukan tipikal orang yg suka ginta ganti pasangan,bahkan dia pernah diajak temannya yg wanita tidur di hotel pun dia tolak dan saat ada yg suka dg dia trus sengaja menunjukkan bagian tubuhnya(maaf pantatnya)dia memilih keluar menghindar,saya jg tahu dia bertahan dg istrinya karena anak2nya,dia bahkan bilang tak pernah berhubungan bdan dg istrinya bertahun2. Saya jg bukan tipe orang yg mudah didekati laki2,pernah awalnya dia mulai lebih menaruh perhatian ke saya..sampai hal itu pun terjadi dan hal yg tak pernah sya bayangkan terjadi, di kehamilan sekitar 4-5 bulan perut sya luar biasa terasa sakit,sakitnya seperti saat orang yg terkena usus buntu cuma sya tdak demam..sampai saat hendak melahirkan sya pun tidak tahu,awalnya dia menyuruh sya menginap dirumah teman sya semalam,dan pagi nya ternyata sya kontraksi,dia pun langsung bawa sya ke puskesmas tempat temannya bekerja(biar lebih bisa dirahasiakan karena ada orang dalam sbg bidan) sakit sekali,sampai di sana ternyata sudah bukaan 5, selang 6 jam saya melahirkan,dengan kondisi Hb darah saya hanya 8,7 saat itu..tp Tuhan benar2 menolong sya dan anak sya,luar biasa kami dimudahkan..dan anak itu sya ttipkan di panti asuhan,dengan pemantauan dari rekan2 pasangan sya..
    Kami tahu ini satu dari sekian kesalahan kami,kami hanya masih mencoba memperbaiki keadaan,hanya tak ingin menyakiti hati orang tua,sya pun sudah bicara padanya untuk benar2 difikirkan agar tak terjadi hal serupa..cukup dan jangan sampai orang tua ikut merasakan sakitnya..sulit untuk menjelaskan pada orang lain,karena kebanyakan akan lngsung menjudge tanpa mau tahu latar belakang permasalahan yg dihadapi..

    ReplyDelete
    Replies
    1. semoga ke depan jadi lebih baik lagi ya :)

      Delete
  3. saya pun korban hamil diluar nikah karena bujukan pacar saya, sebelumnya org tua saya tidak setuju jika saya menikah dgn pacar saya, mereka lebih setuju saya menikah dgn mantan pacar saya yg dulu.
    singkat cerita pacar saya merayu kalo saya hamil kemungkinan ortu saya mau menyetujui hubungan kami, namun ketika saya hamil justru dia ingin menggugurkan anak yg sedang saya kandung, tapi saya bertahan, dan pacar saya mencoba kabur dan menghindari saya.
    saya mencoba meminta mantan pacar saya menikahi saya, tapi dia tidak tau saya sedang hamil, sampai akhirnya mantan saya dan keluarganya mau menikahkan saya (tanpa mereka tau saya sedang hamil).
    hati saya sakit, saya mebodohi org yg tulus dgn saya demi melindungi pria brengsek yg takut punya anak diluar nikah.
    setelah persiapan pernikahan selesai mantan pacar saya justru kembali dan memberikan alibi untuk menikahi saya, saya mengambil keputusan untuk tidak mau karena mungkin kalau keluarga mantan pacar saya (sekarang sudah jadi suami saya) semuanya pasti akan kecewa dgn perbuatan saya.
    saya bingung dgn rasa bersalah ini, rasanyapun saya ingin bunuh diri saja.
    apalagi anak saya perempuan, bagaimana nantinya pernikahan dia.
    waktu berlalu dan saya melahirkan anak saya, namun suami saya dan keluarganya mereka percaya bahwa anak ini adalah anak suami saya, saya semakin merasa bersalah yg teramat dalam.
    tapi mereka begitu menyayangi anak saya, itu yg membuat saya semakin merasa bersalah, bahkan ayah biologis anak saya tidak pernah melihat bahkan sekedar mencari kabar saya dan anak saya.
    saya merasa beban rasa bersalah saya pikul sendiri, tanpa ada yg menolong saya.
    saya merasa ingin bunuh diri.
    namun saya berpikir lagi, bukankah ini kesempatan dr Allah untuk saya bertaubat? (walaupun saya memang menutupi semua kenyataan ini)
    anak saya membutuhkan saya, saya akan kuat untuk anak saya.
    saya yakin karma itu ada, mungkin nanti akan ada karma untuk saya karena saya membodohi org yg tulus menyayangi saya dan anak saya.
    saya sudah siap jika suatu hari suami saya dan keluarganya tahu dan saya diceraikan saya akan terima.
    saya masih punya org tua, kakak dan adik, yg mungkin akan menerima saya dan anak saya.
    saya bertahan sampai saat ini untuk anak saya yg saya sayangi.
    begitu berat hidup saya sampai karma itu ada, ternyata suami saya sekarang pecandu narkoba yg parah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. semoga curhatan mbak membawa pada ketenangan batin dan semoga anaknya menjadi insan yang cerdas dan berakhlak mulia :)

      Delete
  4. Sedih bacanya teringat masa2 kehamilan saya yg begitu berat. Skrg alhamdulillah menerima keadaan🙂

    ReplyDelete