Toilet: Sang Inspirator Sejati
Kepada Anda yang telah menciptakan toilet pertama di
semesta, saya yang bukan
siapa-siapa ini mendoakan
agar baktimu untuk manusia dapat berbuah surga. Maafkan kami bila tidak
mengenal namamu, tapi santai saja, Tuhan itu Maha Tahu, doa kami untukmu, takan
mungkin meleset ke penemu gunting cukur.
Sulitnya mencari penemu toilet saya kira dipicu oleh
penemunya sendiri yang kurang pede dengan makaryanya. Ia lebih baik tenggelam
oleh sejarah, dilupakan
oleh umat manusia, daripada
dikenang sebagai Bapak Toilet Dunia.
Akan tetapi bila ada orang yang kurang kerjaan untuk mencari
penemu toilet pertama dunia, maka saya kira akan dengan
sangat ikhlas sabun
Lifeboy maujadi sponsor utamanya. Bila usaha ini berbuah manis, saya
akan buatkan patung setinggi Patung Liberty agar manusia-manusia tidak tahu
diri itu sadar bahwa betapa toilet adalah temuan yang paling
penting di dunia.
Karena itulah, saya dedikasikan artikel ini sepenuhnya
kepada para maestro yang telah berjuang dalam menciptakan, mengembangkan dan
menyempurnakan jagat pertoiletan internasional. Pengabdian mereka terhadap umat
manusia patut kita apresiasi sebagai bentuk terimakasih yang tak terhingga terhadap
mahakarya yang nilai manfaatnya tiada memiliki banding. Penemuan mereka tentang toilet begitu mempesona, tapi sayangnya
sebagian umat manusia memaknai toilet dengan agak miring.
Saya sedikit menyesalkan kenapa penemu sekaligus pencipta
toilet pertama tidak dimasukan ke dalam buku 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia karya Michael Hart. Padahal
kalau kita mau jujur-jujuran, orang-orang berpengaruh di dunia yang ditulis
dalam buku itu, saya yakin 84%, mendapatkan inspirasinya di
toilet. Entah itu ketika mandi, cuci tangan atau, mohon maaf, boker.
Selain itu, mengapa pula Michael Hart memasukan Johann
Gutenberg yang seorang pengembang mesin cetak, sementara penemu toilet tidak
dimasukan dalam deretan orang-orang berpengaruh di dunia. Ini jelas tidak adil.
Lebih baik tokoh yang bernama Mani, seorang pendiri agama Manikheisme, digantikan
oleh penemu toilet, karena bagaimana pun kalau penilaiannya adalah tentang
kadar pengaruh, jelaslah lebih besar penemu toilet daripada pengikut agama
Manikheisme. Andaikan Michael Hart lebih teliti lagi dalam menyusun buku itu,
maka bukan hal mustahil penemu toilet akan mendapatkan tempat yang layak
bersama orang-orang hebat dunia.
Begitulah, selama ini orang-orang aneh yang tidak banyak
manfaatnya untuk kemanusiaan terlalu didewakan. Kalau ditakar nilai manfaatnya
hanya secuil kuku dibanding nilai mudlaratnya.
Karl Marx, misalnya, mengapa pula kita membingkai namanya
dengan sejuta frasa “pemikir terbaik” padahal buah dari pemikirannya tentang
komunisme adalah jutaan mayat manusia tak berdosa dibunuh. Silakan Anda buka
buku The Black Book of Communism bila
saya bohong.
Lebih dari itu pemikir gila asal Jerman yang bernama
Friedrich Nietzsche selalu dipuja dengan berlebihan hanya karena ungkapannya
tentang Tuhan telah Mati. Padahal jika kita jeli siapa yang lebih kritis antara
Nietzsche dengan penemu toilet, jelas Anda tahu jawabannya.
Tujuan saya menulis artikel ini tidak lain hanya mengajak
kepada seluruh alam untuk tidak melupakan jasa-jasa yang telah diberikan oleh
penemu toilet. Sudahlah cukup, kita terlalu jauh membicarakan angan-angan Gramcsi,
Hegel, atau John Locke yang terlampau utopis untuk diterapkan. Mereka pencipta
spekulatif yang bahkan takan mampu membuat segelas Wine, apalagi sebuah toilet.
Jika penemu toilet pertama terlampau sulit ditelaah,
kenapa pula UNESCO tidak mengumpulkan para arkeolog dunia untuk mencari toilet
pertama di muka bumi. Itu lebih baik. Masak menemukan fosil pithecanthropus erectus yang dipercayai
sebagai mata rantai yang hilang antara manusia
kera dengan manusia modern dapat mudah ditemukan, sementara toilet pertama
nggak bisa.
Saya kira apabila pihak UNESCO berniat untuk mencari dan
menemukan toilet pertama di muka bumi, dugaan saya, peradaban Atlantis yang
misterius itu akan terjawab. Karena bagaimana pun jijiknya sebuah toilet, ia
tetap saja berperan sebagai medium inspirasi yang dapat melahirkan peradaban
besar. Saya begitu yakin bahwa peradaban berawal dari sebuah inspirasi, dan
inspirasi selalu datang secara tiba-tiba dari toilet.
Andaikan toilet pertama di muka bumi ternyata dari
Indonesia, marilah kita angkat tempat itu sebagai destinasi wisata andalan di
samping Borobudur dan Pulau Komodo. Setelah itu kita dorong pihak UNESCO untuk segera
mengesahkannya sebagai Warisan Dunia bersama Batik yang patut
dilestarikan dan dijaga dengan baik.
Ingat, jangat sampai terlambat nanti Negara tetangga
mengklaim!
Mungkin Anda menilai saya kurang kerjaan membahas problem
toilet kontemporer, memang betul. Tapi kawan, saya ingin sekali isu sentral dan pembicaraan mainstream tidak lagi ada di pusaran kampret, cebong, Ahok, Prabowo, Jokowi atau pembahasan-pembahasan
politik tai kucing lainnya. Coba arahkan sedikit pembahasan mengenai toilet agar
anak-anak bisa menafakuri betapa toilet adalah mahakarya paling
epik yang pernah dibuat umat manusia.
Saya bilang mahakarya paling epik karena toilet itu
ternyata multisolutif yang pengunaannya tidak hanya sebatas mandi-kencing-boker
tapi lebih dari itu.
Bagi jiwa-jiwa penghamba cinta macam Majnun, toilet bisa
dijadikan sebagai tempat bersandar yang baik ketika pundak pacar direbut teman
sendiri. Bagi yang sedang stress memikirkan judul skripsi, toilet kerap
menawarkan judul yang tidak kalah “cum laude”-nya
dengan café. Sementara bagi yang ingin shalatnya diterima oleh Allah SWT,
toilet menawarkan mandi junub setelah semalaman beratraksi liarrr. Tapi bagi diri saya pribadi, toilet adalah bukti betapa
seringnya aku memikirkanmu.
Demi apapun saya bersaksi, saya takan mungkin dapat
membuat artikel ini tanpa kehadiran toilet. Terimakasih, toilet. Anda sekali
lagi menyelamat hidup saya dari maut yang bernama deadline.
Post a Comment