PITBULL
Nuriel ‘Pitbull’ adalah satu dari
sekian banyak teman saya yang memiliki kemampuan absurd di bandingkan manusia normal
pada umumnya. Suatu keunikan yang bahkan takan pernah kamu jumpai di channel youtube
Atta Halilintar sekalipun. Keabsurdannya mungkin menjadi sumbu kehidupannya. Tanpa
itu, dia hanyalah segumpal daging yang kebetulan diberi kesempatan mampir ke
dunia. Karena keabsurdannya ia begitu dicintai, tapi tak sedikit juga yang
membenci. Salah satunya kisah di bawah ini:
Suatu masa teman kami di pesantren
namanya Jemi Peni sedang asyik-asyiknya membuang kotoran di kamar mandi. Praktik
itu dalam terminologi Sunda disebut dengan ngising. Ngising merupakan moment
intim yang tidak hanya membutuhkan ketenangan dan kesunyian, tetapi juga
memerlukan titik fokus yang stabil agar tai yang keluar dapat lebih efektif dan
optimal. Demikianlah, Jemi melaksanakan ngising di WC asrama sambil berharap
mendapat ketenangan dan kesunyian berlebih saat pelaksanaan sakral itu
berlangsung.
Satu hal yang dilupakan oleh
Jemi: WC asrama bukanlah WC rumah. Kalau pun fasilitas material seperti air,
gayung, toilet telah mencapai batas standar Nasional, fasilitas immaterial
berupa ketenangan, kesunyian dan kekhusyuan selama pelaksanaan ngising mustahil
didapat di lokasi yang multikultural seperti WC asrama. Tidak seperti WC rumah
yang menawarkan sejuta kenyamanan, WC asrama menawarkan sejuta guncangan.
Jemi yang pada waktu itu sedang
menarik nafas dalam-dalam, berusaha mengeluarkan segepok tai dari liang lahatnya,
tetiba mendengar suara gebrakan dari balik pintu WC tempat ia buang hajat. Jemi
melihat dengan jelas pelaku utama penggerebekan ngising itu. Orang itu adalah
Nuriel, dia mendobrak WC yang sedang asyik-asyiknya dipakai Jemi menunaikan
janji panggilan sang alam.
Saya, @auliahilman7, @faisalmunggaran,
dan @mahdy.ma yang menyaksikan moment bersejarah umat manusia itu langsung
terbahak-bahak melihat kelancangan Nuriel mendobrak pintu WC yang didiami Jemi.
Sulit untuk menahan tawa menyaksikan tai yang sudah sedemikian panjang harus
terpaksa merengek masuk kembali ke liang lahat. Kejadian yang bahkan tidak
pernah dilakukan oleh manusia-manusia bengis semacam Hitler dan Stalin. Nuriel
harus disejajarkan dengan mereka.
@Irfannugraha__, @Fadli_arabi, @Akbaristiqlal,
dan kawanan-kawanan tukang cerita lainnya tidak sempat melihat kejadian ini. Namun
setelah mereka tahu, kisah ini seketika menyebar begitu cepat seperti gosip. Kisah
penggerebekan ngising tambah subur dengan diceritakannya dari mulut ke mulut,
yang pada akhirnya seluruh penghuni yang hidup di atas geladak bahtera asrama asy-Syafi’i
tahu bahwa ada satu moment dramatis dimana tai Jemi tidak jadi keluar lantaran
hantaman pintu WC dari pria cum-fascist Nuriel Habibullah.
Setelah kejadian itu, Jemi betul-betul
marah. Dia mungkin takan pernah memaafkan kenackalan Nuriel, sebab dirinya
mafhum bahwa peristiwa penggerebekan itu akan terpelihara abadi di dalam
kesadaran kolektif penghuni asrama. Sulit untuk menghapus ingatan yang sanadnya
diriwayatkan secara mutawatir ini. Sekalipun lebaran idul fitri hadir setiap
tahun, Jemi memang harusnya tidak memaafkan Nuriel.
Kejadian ini sudah berusia 7
tahun. Kisah mengerikan dan menggetarkan jiwa ini sengaja saya ungkap ke publik
bertepatan di hari ulang tahun Nuriel, agar dirinya menyadari bahwa hari-hari
lalu penuh dengan canda dan tawa, tapi hari-hari selanjutnya harus dengan
langkah yang berbeda.
#SedikitCengosBanyakNgaos
#Bangordotin
Post a Comment