Polemik Pengangkatan Anggota Ordo Parbaj

Seperti yang kita ketahui bersama, semua orang telah keliru dengan kata “Parbaj”. Banyak orang yang salah arah, terus menganggap bahwa Parbaj adalah sekumpulan orang-orang bajingan yang pernah hidup dalam satu atap. Padahal pada faktanya, definisi Parbaj bukan seperti itu.

Satu hal yang perlu digaris bahawi adalah kata Parbaj diambil dari dua suku kata bahasa Inggris. “Parch” yang artinya Sesama Waris atau yang mewarisi dan kata ”Baize” yang artinya Tabir. Karena organisasi ini berpusat di daerah sunda, maka lidah orang sunda tidak sama dengan lidah Barat, jadi kata ini disederhanakan menjadi “Parbaj.” Jadi, definsi Parbaj adalah Atas nama cinta yang mewarisi tabir perdamaian.

Dari definisi itu, terlihatlah dengan jelas bahwa Parbaj adalah segolongan manusia yang mencintai kedamaian, ketentraman, kesederhanaan. Akan tetapi, idealisme berbenturan dengan realisme. Apa yang dicita-citakan oleh organisasi ini bertentangan dengan realita di lapangan. Tadi dikatakan bahwa Parbaj mencintai kedamaian, namun faktanya tidak seperti itu.

Yaa, seharusnya Parbaj mencintai kedamaian sesuai dengan makna, cita-cita, ideologi dan dasar ajarannya. Namun semuanya sirna saat tadi malam. Ketika itu, sedang menjalani sidang pengrekrutan anggota. Dalam sidang ini, begitu nyaring pro dan kontra yang terjadi. Bahkan ada yang saling lempar kursi. Dasar! Budaya Indonesia dibawa ke sidang Parbaj.

Nuriel Rajab Habibullah adalah tokoh yang paling menentang memasukan anggota baru yang bernama Rizal Wildan Afandi. Bung Nuriel menyatakan bahwa saudara Rizal tidak bisa masuk menjadi anggota Parbaj lantaran tidak memenhui syarat sah sebagai anggota. “Yaa tidak bisa dong Bung Ilham. lihat buriknya, dan ini ditentang oleh yang mulia ketua pusat kita, Hilman Ismail. Bagaimana kalo Hilman tau akan hal ini ?” Ujarnya.

Ilham Ibrahim sebagai Hakim dalam sidang ini lalu merespon apa yang telah diungkapkan oleh saudara Nuriel. Menurutnya, Rizal boleh menjadi anggota Parbaj karena sesuai dengan pasal 3 ayat 4. “Saya kira Bung Nuriel keliru dalam memahami pasal 3 ayat 4 ini.” Kata Ilham. Namun, pendapat sang Hakim sontak dibantah lagi oleh Saudara Aulia Hilman. Dia mencermati track record Rizal. “Komandan Ibro, Rizal ini telah melanggar kode etik yang paling dasar dari Parbaj, dia selalu gagaro padahal itu dilarang keras.” Bantah Aulia.

Merasa tersudutkan, Rizal pun membela dirinya sendiri bahwa ia pantas dan layak untuk menjadi anggota Parbaj. “Apa yang telah dikatakan oleh Saudara Ilham Ibrahim ini benar, Bung Nuriel telah salah memahami pasal itu, alangkah baiknya Bung Nuriel untuk kembali memeriksanya.” Katanya. Tidak perlu menunggu lama, Bung Nuriel kembali melakukan manuver retorikanya “Sebenarnya disini yang keliru itu siapa ? Pasal 3 ayat 4 itu telah direvisi ketika kongres akbar di Bandung. Jadi kalo memasukan Rizal, yaa hukumnya inkonstitusional dong.” Ujar Nuriel.
Sosok Rizal Wildan. Ganteng yah :D

Entah kenapa Saudara Nuriel Rajab ini begitu lantang menolak Rizal menjadi anggota baru, menurutnya Rizal sama sekali tidak pantas masuk dalam organisasi ini. Senada dengan Nuriel, Aulia Hilman pun kembali berpendapat bahwa Rizal tidak boleh masuk ke Parbaj. Aulia Hilman lebih menekankan aspek kode etik dalam sidang “Saya kira Komandan Ibro, Rizal ini kan belum menjadi anggota, jadi dia tidak diperbolehkan untuk berbicara pada sidang ini.” Kata Aulia Hilman mengingatkan Hakim.

Ilham Ibrahim langsung memberi tanggapan kepada Aulia Hilman. Menurutnya, Rizal boleh untuk bersuara, karena dia calon anggota, dia juga perlu untuk membela dirinya sendiri tentang kelayakannya menjadi anggota baru. “Saya kira dalam parbaj ini semua orang boleh berpendapat sejauh pendapatnya itu rasional dan dapat dipertanggung jawabkan” Kata Hakim dengan bijaksana.

Darah begitu mendidih di sekujur tubuh Rizal membuat tato-tato yang menempel di permukaannya terang benderang, kemudian dia berdalih untuk membantah apa yang telah disampaikan oleh Nuriel tentang telah direvisinya Pasal 3 ayat 4 itu. “Lha kok pasal itu telah direvisi ? seharusnya Hakim dalam hal ini Ilham Ibrahim, mengetahui akan revisi itu. Jadi kalo tidak ada persetujuan saudara Ilham Ibrahim, maka tidak sah.” Rizal membela dirinya sendiri.

Mendengar argument konyol dari Rizal itu, semakin mudah untuk membantah bagi seorang lawyer kelas kakap Nuriel Rajab. “Emang si ibro itu siapa ? dia hanya seorang ketua Parbaj cabang Garut.” Nuriel menjelaskan bahwa ada atau tidaknya Ilham Ibrahim itu tidak berpengaruh dalam perevisian pasal 3 ayat 4 itu karena ketua umum pusat Parbaj Hilman Ismail turut hadir dalam kongres tersebut. “Sampean berani menantang ketum kita Hilman Ismail ?” Ujarnya

Dengan pertanyaan yang super kritis itu, membuat semua orang yang ada di ruang sidang menunduk layu seperti sebuah daun yang tidak mendapatkan cahaya mentari. “Apakah kita akan melanggar apa yang telah ditentukan oleh Hilman ? apakah kalian masih menganggap Hilman itu sebagai ketua kalian ? coba dipikir pake otak!” Sambung Nuriel dengan nada yang menggebu-gebu seperti Adam Suseno yang kebakaran kumis.

“Saya kira pertimbangan Bung Nuriel ini perlu dipikirkan kembali oleh Hakim agar nantinya tidak ada nada sumbang ke telinga ketua pusat kita Hilman Ismail.” Ujar Aulia Hilman menguatkan. Aulia kembali menghimbau agar perkara ini jangan sampai melebar kemana-mana, terutama jangan sampai terdengar oleh wartawan Metro tv, karena menurutnya “Yang penting jangan terdengar pihak sebelah, sebab apa yang terjadi, akan berbeda dengan apa yang mereka tulis.” Sindir Aulia.

Rizal tidak memiliki argument lagi. Dia menyerahkan segala putusannya kepada Hakim. Kemudian karena waktu yang diberikan semakin mepet, Hakim dipaksa untuk segera memutuskan apakah Rizal ini layak menjadi anggota atau tidak. “Berdasarkan beberapa pertimbangan, saya memutuskan Rizal boleh menjadi anggota Parbaj.” Kata Hakim Ilham Ibrahim

Bak seekor bancet (read: katak) yang menemukan mangsannya, Rizal langsung melompat ke dasar lantai, dia bersujud menyembah Hakim yang telah memberikannya kesempatan untuk menjadi anggota Parbaj. Ibu dan Bapaknya pasti bangga kepada anaknya yang berhasil lolos dari ujian ini. “Saya sangat berterimakasih sekali kepada yang Mulia Hakim.” Kata Rizal dengan mata yang berkaca-kaca.

Dalam putusan Hakim itu, ada beberapa syarat yang telah disepakatai oleh seluruh audiens bahwa Rizal berhak menjadi anggota Parbaj dengan catatan: Tidak boleh gagaro (garuk-garuk) di sekitar Hilman dengan radius 2 kilometer, Harus berusaha sekuat mungkin untuk menghilangkan kebiasaan buruk dan buriknya, Membawa makan dari DU (Dapur Umum) ke Asrama dan Berakhlak mulia seperti Rasul.

Dengan catatan itu, Rizal mengaku siap menjalaninya meskipun harus menentang batinnya. “Saya terima putusan Hakim, saya akan melaksanakannya dengan sekuat tenaga meskipun itu sulit dilaksanakan tapi kalo dengan hati dan tekad yang kuat, saya rasa, saya yakin bisa.” Kemudian Aulia Hilman mengucapkan selamat kepada Rizal. “Yaa selamat yah buat si gegep alias Rizal yang telah diterima menjadi anggota Parbaj. Rizal, kamu luar biasa.”

Lain dengan Aulia, Nuriel Rajab mempunyai pandangan lain soal putusan Hakim. Dia meresa keberatan dengan keputusan ini. namun, karena Nuriel adalah lawyer kelas kakap, dia menyadarinya bahwa putusan Hakim itu bersifat mengikat. Hakim adalah tangan panjang Tuhan dalam persidangan. “Saya menghormati putusan Hakim, kepada Rizal, mohon untuk melaksanakan apa yang telah menjadi amar dalam putusan ini.” Ujarnya dengan nada sinis.

Rizal kemudian menghampiri kedua orang tuanya. Mereka menangis tersedu-sedu. Bangga anaknya menjadi bagian dari kelompk para bajingan. Kedua orang tuanya berjanji untuk akan mendukung langkah Rizal agar tidak gagaro dan menghilangkan burik sampai ke akar-akarnya. “Kepada Hakim saya ucapkan terimakasih, saya akan mensupport anak saya untuk menghilangkan buriknya, selamanya.” Kata Pak Khalil orang tua Rizal.


Well, itulah yang terjadi semalam. Pro dan kontra dalam kehidupan sering terjadi. Adakalanya antara idealisme dan realisme bertentangan. Apa yang diinginkan tidak sejalan dengan kenyataan. Sehingga Seorang filosof pernah berkata “Saat idealisme berbenturan dengan realita, saat itulah kebijaksanaan diuji oleh alam, seberapa kuat dalam ujian, akan menentukan masa depan.” Dan Rizal telah membuktikannya. Selamat!

2 comments: