Skripsi: Jalan Menuju Paradiso
Jika
jalan menuju sarjana diibaratkan puisi epiknya Dante Alighieri dalam Divine Comedy, maka menyusun skripsi
adalah ruang purgatorio. Dimana mahasiswa dipaksa sekeras mungkin untuk
menguras kedalaman pikirannya membuat sebuah kerangka penelitian bermuatan
ilmiah. Jika tidak ingin melewati ujian akhir ini, maka takdir akan memastikan
bahwa dia takan mendapatkan paradiso yang bernama gelar sarjana.
Bagi
mahasiswa yang nilai uangnya lebih tinggi dari nilai IPKnya, bisa jadi skripsi
bukanlah purgatorio yang menakutkan. Mereka bisa membeli atau menyuap dosen
pembimbing dengan iming-iming uang segar. Sementara bagi mahasiswa yang nilai
IPKnya lebih tinggi dari nilai uangnya, menyusun skripsi tidak lebih dari
sekedar menulis daftar hadir di kelas. Mereka bisa menyelesaikannya hanya
dengan satu sampai dua malam purnama.
Akan
tetapi bagi mahasiswa yang nilai IPKnya sebesar biji zarrah, dan nilai uanganya tak lebih dari harga Indomie goreng
tanpa telor ceplok, skripsi mutlak sebagai curam yang tak berdasar. Kekayaan
materil yang cekak dan kekayaan intelektual yang terpuruk, membuat mereka harus
bekerja ekstra radikal agar sarjana dapat diraih. Kekuatan utama mereka hanyalah
doa, ridha orang tua dan pembimbing yang ganteng.
Saya
berani minum equil tiga galon penuh jika pernyataan saya ini ngawur, saya
memastikan bahwa meskipun berjilid-jilid buku tentang ‘Kiat Sukses Menulis
Skripsi’ telah habis dilahap, dan artikel-artikel di dunia daring tentang
kemudahan menyusun skripsi telah habis dibaca, namun tetap saja marwah skripsi
sebagai episode paling klimaks bagi mahasiswa akhir tidak bisa dihindari dengan
bantuan dukun mana pun saya kira.
Seperti
jomblo urban yang nir-bahagia, bayangan akan revisi, coretan dan dosen yang
tidak bersahabat terus terngiang-ngiang dalam benak mahasiswa akhir. Belum lagi
faktor eksternal yang tak henti-hentinya menelurkan pertanyaan horizontal
maupun vertikal perihal wisuda dan nikah yang kian waktu jatuh tempo. Saya kira
laknat semesta alam
memang perlu diberikan kepada mereka yang tidak tahu betapa beratnya menyusun
skripsi tapi memaksa untuk segera wisuda.
Mungkin karena watak skripsi diplot sebagai ruang angker yang
menjadikannya tampak horor oleh sebagian mahasiswa membuat eksistensinya selalu
dibenci oleh civitas lingkungan kampus. Yaa
mau bagaimana lagi, skripsi memang seperti kita
dihadapkan dengan hari kiamat: takut, tapi tidak
dapat dihindari. Skripsi juga bagikan matahari
yang terbit di Barat pada malam hari, kehadirannya
membuat bingung dunia dan seisinya. Bingung nyari judul, pusing nyari
referensi, nestapa memikirkan aplikasi. Boleh jadi skripsi merupakan
tanda-tanda akhir zaman. Setidaknya untuk mahasiswa tingkat akhir.
Akan tetapi, romansa menulis skripsi baru akan terasa sangat
intim saat kita tenggelam dengan data-data yang sudah terkumpul. Dalam hal ini
saya menemukan fakta menarik bahwa nikmat menulis skripsi bukan sesuatu yang
given. Ia membutuhkan keringat dingin untuk mendapatkannya. Seorang dengan IQ
paling tiarap pun akan bisa melalui tahapan ini jika serius mengerjakannya.
Ingatlah, takdir takan mungkin bertindak fasis kepada mereka yang
bersungguh-sungguh dalam segala hal.
Akan tetapi yang perlu diperhatikan, jangan terlalu seriuslah
dengan nulis skripsi. Ingat dunia itu luas, seluas hamparan sajadah. Cobalah
sesekali untuk ngrumpi dengan sesama handai taulan untuk saling mengungkapkan
filosofi-filosofi kehidupan, kebijaksanaan,
kesabaran dan ketabahan. Ngobrolah sepuas mungkin seperti ayam kampung, kucing
liar atau burung-burung yang merdeka, agar otak tidak mati kedinginan karena
sepanjang hari duduk mematung di depan laptop dan kanon-kanon tebal.
Jika
skripsi sudah terlanjur dipandang menyeramkan sehingga waktu untuk having time bersama handai taulan tidak
ada, ingatlah bahwa melakukan hal yang membuatmu takut sebenarnya bisa
membahagiakanmu. Jadi, melawan rasa takut justru akan membawa masuk ke dalam
pintu kebahagiaan. Dan menulis skripsi hingga selesai, jelas bisa
mengantarkanmu dari inferno menuju purgatorio kemudian masuk ke dalam paradiso
yang didambakan oleh semua akademika kampus.
*Tulisan lama yang baru diunggah dengan alasan pengen
aja.
Post a Comment