I can see human, but I can't see humanity
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi telah memungkinkan manusia menjelajahi realitas
yang bahkan tak terjangkau oleh mimpi paling liar manusia primitif. Pesawat
ruang angkasa telah memungkinkan manusia membelai bulan, penciptaan teknologi
digital dan audio visual telah memangkas ruang dan waktu. Dengan teknologi,
manusia bisa merekam segala sesuatu bahkan memutar balikan fakta. Ada ratusan
satelit yang menari di tatasurya, menuntun kepentingan penggunanya, dari
memprediksi cuaca, sampai mengintai rahasia musuh. Demikianlah, teknologi
menjadi dewa setelah Zeus, Latha dan Uzza tidak memberikan apa pun di masa
lampu.
Penemukan
kompas membuka cakrawala baru petualangan manusia. Layar-layar kapal
dibentangkan, para pelaut yang gagah berani mulai menarik tali sekuat tenaga
demi mendapatkan angin, mereka berbondong-bondong menjelajahi misteri dunia.
Colombus akhirnya sampai di pulau Amerika, membantai penduduk setempat.
Orang-orang Barat pun menginjakan kakinya di Australia, suku Aborigin pun
binasa. Bahkan dengan kompas, pelaut asal Makassar bisa melambaikan tangannya
tatkala sampai di ujung Benua Hitam. Demikianlah, teknologi menjadi penuntun
manusia setelah Poseidon, Apollo dan Hermes gagal menuntun mereka menemukan
Amerika dan Australia.
Petualangan
manusia telah membuka khasanah baru tentang dunia sekaligus menumbuhkan hasrat
untuk menumpuk kekayaan. Penaklukan, perampasan, penjajahan dan genosida adalah
sekelumit dari wajah peradaban modern. Pada akhirnya bendera VOC berkibar di
langit Nusantara, kapal-kapal dagang pun datang membawa misi merampok kekayaan
hayati yang melimpah. 350 tahun lamanya Indonesia dalam bayang-bayang
penjajahan, perampasan dan penindasan. Demikianlah, teknologi menuntun manusia
untuk tidak menjadi manusia yang seutuhnya.
I
can see human, but I can't see humanity
Perang
dunia terhitung pecah dua kali. Jutaan mayat melayang, jutaan rumah hancur
lebur dan jutaan kepentingan hilang tak bersisa. Dalam perang dunia pertama,
Jerman harus membayar kerugian perang, menyerahkan kapal-kapal perang ke
Inggris dan militernya harus diperkecil. Ideologi Naziisme dan Fasisme pun
muncul. Ia adalah ideologi yang dikembangkan oleh Hitler dengan cara membunuh.
Hasilnya adalah kurang lebih enam juta orang Yahudi mati di dalam kamar
gas, holocaust. Dengan fasisme pula, kita tidak bisa membayangkan
bagaimana diktator Jenderal Pinochet bisa membuat sungai darah di dataran
Chili. Demikianlah, produk perang dunia pertama, fasisme, paham yang telah
melahirkan ketidakmanusiaan.
Perang
dunia kedua kemudian meletus yang menelan jutaan mayat warga sipil. Perang ini
merupakan akhir dari kebiadaban ideologi fasisme. Persekutuan Nazi Jerman,
fasis Italia dan Jepang ditaklukan oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Benito
Mussolini digantung oleh rakyatnya sementara Adolf Hitler gantung diri dan
pemerintahan Jepang membubarkan diri. Era keemasan fasisme dan segala
kebiadabannya telah runtuh. Namun sebagai gantinya, dari perang dunia kedua ini
memunculkan dua negara adikuasa sebagai pemenang. Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Kapitalisme dan komunisme. Terror bagi umat manusia pun masih berlanjut
meskipun perang dunia telah resmi berakhir.
Setelah
dua perang itu dihentikan, manusia mulai membuat dan menyempurnakan
senjata-senjata pemusnah massal, perang dingin (cold war) pun menjadi
pola baru dari satu model pertempuran. Amerika Serikat mulai mengembangkan
kapitalismenya di dunia ketiga dan Joseph Stalin membunuh jutaan manusia demi
ideologi komunisme. Dengan perang dingin, seluruh alam bawah sadar manusia pun
takut akan datangnya perang nuklir. Pada akhirnya, mereka pun saling mencurigai
satu sama lain. War is politics with bloodshed, a continuation of
politics with bloodshed. Perang merupakan kelanjutan politik dengan
pertumpahan darah. Demikian ungkapan Mao Zedong menguatkan konotasi negatif
perang terhadap kemanusiaan.
I
can see human, but I can't see humanity
Teknologi
mampu menjadi teman yang baik untuk manusia, namun jangan salah, dengan
teknologi juga dapat menjadi musuh yang lebih mengerikan. Berkembangnya teknologi
sebenarnya semakin berkembangnya cara membunuh manusia. Sebab teknologi telah
memungkinkan manusia bisa menghancurkan satu negara hanya dengan satu tombol.
Sekarang coba bayangkan, dengan bantuan teknologi, berapa juta manusia mati
akibat perang ? berapa ratus ribu manusia mati akibat memaksakan ideologinya ?
berapa ribu manusia mati akibat merasa dirinya paling benar ? berapa ratus
manusia mati akibat menganggap orang lain salah ?
Oh
tidak, jangan menyalahkan teknologi, karena memang bukan teknologinya yang
salah, manusialah yang patut disalahkan karena menyalahgunakan teknologi
sebagai alat untuk membunuh, membantai, menindas. Demikianlah,kebutuhan akan
kemanusiaan menjadi opini saat ketidakmanusiaan menjadi fakta. Saya
tahu manusia mempunyai banyak alasan untuk membenci, perang dan membunuh walau
Ideologi, Tuhan dan Agama ikut andil besar disini. Namun, tidak ada alasan yang
mengizinkan seseorang untuk membunuh orang lain. TIDAK PERNAH ADA! Karena
itulah, pada umumnya kejadian ketidakmanusiaan sebenarnya adalah kesalahan
manusia.
Jika
tidak ada alasan untuk membunuh, maka segala bentuk perang apa pun tidak bisa
dibenarkan.
Post a Comment