Si Atheis yang Takut Hantu
Dideklarasikan oleh Christopher Hitchens dkk, gerakan New
Atheism sangat terasa dampaknya terhadap kuantitas keimanan di Indonesia.
Namun, menjadi atheis di negeri yang bertuhan itu sulitnya Naudzubillah. Anda harus berpura-pura memiliki agama agar dapat
membuat KTP kemudian bisa kerja, anda pun harus sok-sok-an suci agar dipandang
sebagai menantu harapan mertua. Begitulah kira-kira menjadi atheis di negera
yang serba ngawur ini, sesulit melupakan mantan. #eh
Saya punya teman, namanya Ujang D. Soul, sekitar dua tahun
yang lalu dia memutuskan untuk menjadi atheis. Alasannya begitu kompleks:
karena agama tidak lagi mampu menjawab doanya yang sering berujung PHP, sampai
pada tingkat ekstrim, Tuhan tidak memiliki peran apa pun dalam kenikmatan
Indomie goreng.
Ke-atheis-an Ujang tidak bisa diragukan lagi. Dia beberapa
kali khatam membaca karya monumental Richard Dawkins yang berjudul “God
Delusion”, buku yang dipandang sebagai “kitab sucinya” atheis. Bahkan seakan
ingin memperkuat keimanannya terhadap segala dogma atheisme, setiap ba’da isya
dan ba’da subuh, ia meluangkan waktunya hanya untuk mendengarkan
ceramah-ceramah fisikawan dunia sekaliber Stephen Hawking di youtube. Hingga
suatu sore yang sendu, saya mendapati dia menirukan Daniel Radcliffe
mengucapkan “dua kalimah syahadat” sebagai bentuk de facto bahwa dirinya telah
menjadi atheis yang kaaffah.
Bagi Ujang, tidak ada satupun bukti saintifik yang menunjukan
bahwa Tuhan benar-benar ada, ia sudah yakin 100% Tuhan tidak ada, seyakin Koh
Felix Siauw bisa kembali mendirikan Khilafah yang semu. Namun, konsekuensi
logis memandang Tuhan tidak ada adalah membuang setiap propadanda keghaiban yang
ada. Mulai dari malaikat, neraka, surga, bahkan peternakan tuyul, tawa riang
kuntilanak dan kumpulan pria pengangguran semacam pocong dan genderowo.
Semuanya harus dibuang, hukumnya fardlu
‘ain.
“Ah, hantuhantu! Tuhan dan hantu itu sama, sama-sama nggak
ada, coeg!” kata Ujang.
Hingga pada suatu malam, keimanan Ujang pun goyah.
Rasa lapar yang tidak bisa ditoleransi, mengharuskannya untuk
bergerak menuju dapur dan memasak beberapa telur ayam. Malam itu baginya agak
sedikit berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Dapur yang dulu terlihat
bercahaya, kini seolah tidak besahabat. Lampu yang biasanya ceria, kini seakan
memancarkan sinar suram. Malam itu begitu sunyi. Sunyi sekali. Hanya suara jam
dinding yang menemaninya di tengah kengerian. Wiiiiiiiiissshh.. tiba-tiba Ujang
mencium bau menyan bercampur wangi bunga mawar.
Untuk pertama kali dalam sejarah hidupnya, ia merasakan
bagaimana bulu yang ada di sekujur tubuhnya berdiri, keringat bersuhu dingin
pun jebol tidak bisa dibendung. Sesekali Ujang menelan ludah dan berusaha
berpikir rasional untuk menghibur dirinya sendiri, namun, bau menyan itu
kembali menyapa dan wangi bunga mawar semakin kuat. Wiiiiissshhh...
Rasa lapar hilang, dan rasa kantuk pun sirna, namun rasa
takut kini menguasai segalanya, Ujang berada dalam dilema kejiwaan antara
memberanikan diri untuk memeriksa bau menyan atau kembali ke kamar untuk tidur
kembali. Dia hanya bisa diam berdiri di ruang tamu.
Jam sudah menunjukan tengah malam, Ujang tetap saja terpaku.
Hingga diantara kesunyian malam itu, ia mendengar ketukan pintu yang begitu
nyaring.
Dorrr Dorrr Dorr
“Siapa itu ?!” kata Ujang sedikit gugup.
Tak ada jawaban, namun pintu itu kembali bersuara
Dorrr Dorrr Dorr
Karena rasa penasaran Ujang pun memberanikan diri untuk
membuka pintu. Setiap langkahnya menuju pintu itu, aura ghaibnya semakin kuat
dan tentu saja dibarengi oleh bau menyan bercampur wangi bunga mawar. Tepat
saat pintu itu dibuka, sesosok pria dengan rupa bak seorang begal dari Garut berdiri
di hadapannya mengenakan pakaian serba hitam muncul di depan Ujang. Ia pun
lansung berteriak:
“ASTAGFIRULLAH!!! Anjir kirain teh siapa.”
Pria yang mengetuk pintu itu ternyata tetangga Ujang. Ia
memakai parfum beraroma mawar dan membawa tiga batang menyan.
“Lo nggak apa-apa, Bro ?”
“Hahaha.. cuman kaget, Boss. Ngapain malem-malem keluyuran ?”
“Jadi gini, Bro, gue mau minta tolong sama lo. Di kosan gue
ada yang kesurupan. Sebagai atheis yang cinta pada rasionalitas, gue mau minta
tolong sama lo! Please banget..”
“Meskipun gue seorang atheis, kalau soal kesurupan, demi
Allah saya mah nggak tahu.. Blas tenan.” Ujar Ujang.
“Lha terus sama siapa dong ? gue bingung nih” Tanya
tetangganya
“Sama ustdaz Felix aja, Insya Allah blio bisa membantu..”
“Felix.. Felix Siauw ?”
“Iya. Dia mempunyai keyakinan mampu mendirikan khilafah, hmm sepertinya
membangunkan orang kesurupan tidak terlalu sulit. Tapi wallahu a’lam juga sih.”
“Yaudah deh, makasih yah, sorry ganggu.. Assalamualaikum”
“Nggak apa-apa santai aja.. Waalaikumsalam”
Setelah malam yang penuh dengan propaganda keghaiban itu, Ujang
melaksanakan sembahyang malam dengan khusyuk. Hal ini seakan membuktikan bahwa
hantu, setan dan sejenisnya merupakan antitesa Tuhan yang sesungguhnya
diciptakan bukan hanya sebagai pendobrak keimanan, tetapi juga sebagai tameng
kepercayaan.
Dan belakangan baru diketahui bahwa Ujang adalah atheis yang
bersekte Wahabi..
oh ~
Post a Comment