Buku Orientalisme karya Edward Said


 
Setelah membaca ulasan mas Ismail al-Alam tentang 40 tahun karya Edward W. Said, saya jadi penasaran dengan sosok buku yang bernama Orientalism itu. Buku yang menjadi pedoman untuk memahami bias Eurosentrisme dalam perkembangan ilmu sosial-humaniora ini akhirnya hadir di kamar saya. Kehadiran buku ini begitu sangat saya nantikan, sebab saya tidak sabar ingin menapaki bagaimana Said menggugat cara pandang sarjana Eropa yang selama berabad-abad telah menghegemoni dunia Timur khususnya Arab dalam pengertian dan definisi yang mereka rumuskan sebagai orientalisme.

Alhamdulilah akhirnya Allah SWT menjawab penantian saya itu. Ia memang seringkali membuat kejutan-kejutan yang tak terduga. Melalui pengajian Bidayatul Mujtahid yang memang (agak) rutin dilakukan setiap minggu, ust. Ayub secara sadar memberikan buku Orientalism karya Edward S. Said itu kepada saya. Ekspresi saya ketika menerima buku itu begitu sangat membahagiakan. Sulit untuk tidak bahagia, sebab di dalam buku ini, Edward Said melakukan upaya dekontruksi terhadap pandangan sarjana Eropa kepada Timur yang selama berada-abad direpresentasikan secara sepihak dari sudut pandang Eropa. Singkatnya, Timur diposisikan sebagai objek penelitian.

Dengan membaca Orientalism karya Edward Said ini kita akan mulai membiasakan diri untuk tidak melulu menempatkan Eropa sebagai bangsa yang superior dan sebaliknya orang-orang yang berada dibelahan dunia lain dianggap sebagai inferior. Pada titik inilah kita akan mulai sadar bahwa Jean Paul Sartre tidak lebih baik dari Rocky Gerung.

No comments