Teori Diplomasi Aktif
Ada banyak pemikir yang mencoba
meneliti bagaimana cara untuk menjelaskan maksud baik yang disalahpahami. Hal
tersebut membawa pemahaman betapa sulitnya membangun hubungan antarmanusia. Tidak
menyapa pada saat bertemu, tidak tersenyum saat teman bergembira, tidak
berkomentar saat teman berpakaian baru, dan sebagainya, yang boleh jadi dinilai
sepele oleh satu pihak akan dapat mengakibatkan rentannya hubungan. Memang,
hubungan antarmanusia sering diliputi oleh kabut, yang sering kali memicu lahirnya
perselisihan dan aneka problem.
Di satu sisi, dengan berinteraksi kita
dapat membuka ruang yang bukan hanya dapat membentuk rasa saling pengertian, tetapi juga menumbuhkan persahabatan, menyebarkan
pengetahuan, dan melestarikan peradaban. Namun, pada sisi yang lain interaksi
antar individu juga dapat menyuburkan perpecahan, menghidupkan permusuhan,
menanamkan kebencian, merintangi kemajuan, dan menghambat pemikiran. Tidak
jarang, konflik sesama manusia terjadi akibat cara berinteraksi yang kurang tepat.
Dalam mencari solusi dari persoalan
di atas, Samsurizal Perwira merumuskan sebuah teori yang ia namakan sendiri
dengan Teori Diplomasi Aktif. Teori yang didasarkan atas pengalaman
berinteraksi dengan orang lain, lalu diperkaya dengan analisa empirik dan
psikotik yang elegan, dirinya telah membuktikan bahwa Teori Diplomasi Aktif
mampu mengubah lawan menjadi teman, teman menjadi sahabat, dan sahabat menjadi
teman curhat. Dalam beberapa hal, teori ini mampu menjadi jawaban ketika
mendapat persoalan yang mendesak, rumit, dan tak terbayangkan.
Samsurizal bukanlah seorang pertapa
yang gemar menyelam dalam palung kata-kata, ia serupa dengan tokoh muslim
terkemuka Syed Naquib al-Attas yang lebih banyak berpikir daripada membaca,
sehingga teori yang dihasilkannya begitu otentik. Sedang dalam pembuktian
teorinya, ia serupa dengan apa yang telah dijalankan oleh Ibnu Khaldun yang senantiasa
mendasarkan teorinya atas pengalaman pribadinya selama menjadi konsultan para
Sultan. Karena itulah sependek bacaan saya dari berbagai literatur, Teori
Diplomasi Aktif merupakan temuan baru dalam dunia komunikasi verbal.
Teori Diplomasi Aktif adalah metode
interaksi yang berpangkal pada pemahaman bahwa manusia cenderung menghindari
konflik. Jika lawan bicara menciptakan suatu konflik, dengan panduan teori ini,
maka konflik baru harus dimunculkan bukan untuk menambah situasi menjadi
semakin rumit tetapi justru untuk meredakan konflik yang ditawarkan oleh lawan
bicara. Jadi dengan kata lain, penawaran atas suatu konflik dari lawan bicara,
dilawan dengan tawaran konflik baru, agar si lawan bicara mampu berpikir
panjang tentang konsekuensi logis bila tawaran konfliknya tetap dijalankan dan
dipaksakan.
Cukup sulit untuk mengaplikasikan
teori ini bagi seseorang yang tidak cakap dalam olah kata, sebab teori
diplomasi aktif begitu menekankan pada kelincahan oral. Di samping itu,
penggunaan kata ketika ingin memunculkan konflik baru sebagai pembanding dari
konflik yang ditawarkan lawan bicara harus menggunakan bahasa yang lugas,
tegas, tidak bertele-tele, dan jangan sekali-kali mengalihkan pandangan. Hanya
orang-orang tertentu yang mampu menggunakannya, tetapi bukan berarti teori ini
tidak dapat dipakai dalam konteks yang lebih luas.
Dalam konteks agar obrolan lebih
hangat dengan lawan bicara yang sulit mencair, Samsurizal agaknya terpengaruh
oleh Sigmund Freud dan Karl Marx. Manusia, bagi Marx, dapat disetir oleh
perutnya (ekonomi), sedang bagi Freud manusia dapat dikendalikan oleh libido
seksnya alias kemaluannya. Artinya, manusia itu bisa jadi seharga dorongan
perutnya, atau dorongan seksualnya. Jiwa hewani dan nabati itu secara kasat
memengaruhi tindak-tunduk manusia yang kemudian oleh Samsurizal dijadikan
pijakan fundamental dalam membangun basis epistemologi diplomasi aktif.
Untuk memperkokoh teorinya,
Samsurizal seringkali memanfaatkan temannya untuk dijadikan kelinci percobaan
dalam laboratorium sosial yang ada di masyarakat. Dia berkomunikas dengan
seseorang bukan karena ingin menyapa, atau mendengarkan ocehannya, tetapi
dijadikan objek penelitian. Ia menganalisa apakah lawan bicara memiliki
kecenderungan pada perut, atau kemaluan. Dengan dua opsi tersebut dirinya dapat
menangkap dengan tepat ke arah mana obrolan akan bermuara, dan akan segera
mengetahui apa yang diinginkan oleh si lawan bicara. Dengan pendekatan seperti
ini lawan bicara takan sungkan membocorkan apa yang menjadi rahasia pribadinya
secara sukarela.
Teori diplomasi aktif merupakan salah
satu keterampilan berkomunikasi untuk mendukung pencapaian tujuan komunikasi
dari sisi persuasif maupun informatif. Teori ini dikembangkan untuk menghacker
lawan bicara agar mau bertindak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Akan
tetapi sebagai sebuah teori tentu tidak lepas dari kritikan. Kritik saya pada
teori ini adalah terlalu sulit untuk menciptakan tawaran konflik baru bagi
mereka yang kurang lincah dalam pengucapan, dan kebingungan ekspresi yang
seperti apa yang diperlukan ketika tawaran konflik baru telah ada.
Geuslah anjing lieur!
Post a Comment