Lelucon Atheis yang Jayus nan Garing
Saya sekarang menjadi pengidap atheopobia
setelah membaca artikel, twit-wit di linimasa twitter, status facebook dan
esai-esai yang jayus dari situs-situs atheis. Entah apa faedah mereka
menggunakan Tuhan sebagai objek guyonan yang hanya menghasilkan lawakan garing
tak bernyawa. Tulisannya pun dibuat semenarik mungkin, dan saya selalu gagal
untuk ketawa karena memang jayus sekali.
Tapi yaa apa boleh buat, mereka bukan Richard
Dawkins yang sukses memecah tawa ketika menjelaskan tentang “Millitant Atheism”
di TED tahun 2009. Mereka juga bukan penulis yang kaya akan logika dan
sillogisme sekelas Daniel Dennett dengan bukunya yang berjudul Breaking the Spell. Jadi agak sedikit
saya maklumi.
Bila
harus membandingkan dengan lawakan Pandji yang super jayus, mungkin saya akan
pilih dia dibandingkan dengan lawakan atheis yang double super jayus. Lawakan
Pandji meskipun yaa begitulah, tapi berfaedah, soalnya ada sisi nasionalisme,
persatuan dan lain-lain. Lha lawakan atheis ? asuuuudahlah hanya meneburkan
benih-benih kebencian dan mendangkalkan ketajaman berpikir.
Akhirnya
saya melakukan observasi singkat agar penilaian saya terhadap lawakan atheis
tidak didasarkan pada sentiment pribadi. Berikut ini:
Jadi, siapa yang toLOLGILA, mas ? |
LOL ? toLOL ? |
Haaa ?! |
Ngelawak, Bung ? |
Coba
kalian perhatikan dengan seksama, Atheis yang hidup di negeri ini dan yang
aktif berkeliaran di dunia maya, dalam persoalan membuat lelucon tentang Tuhan
jauh lebih besar ketimbang kemajuan ilmu pengetahuan. Mereka rela sekuat tenaga
dengan leher yang lebih menegang untuk membuat lawakan tentang kaum beragama
daripada melakukan aksi nyata membela ibu-ibu yang dipasung semen dari Rembang.
Mereka juga bisa menghabiskan waktu berselancar di dunia maya hanya untuk
membuat guyonan tentang Tuhan daripada meluangkan waktunya untuk aksi
solidaritas warga Aleppo, Suriah yang menghadapi krisis kemanusiaan.
Sebetulnya
apa yang mereka sering tampilkan adalah lelucon klasik bahkan menjurus klise.
Karena itu, dalam hal apa pun, mereka tidak berkembang dan menjurus
kontraproduktif sebab yang dibicarakan hanya berputar pada spiral Tuhan dan
umatnya. Titik. Tidak ada lagi. Lebih dari itu sebetulnya mereka ingin menjelaskan
bahwa “Tuhan tidak ada” dipoles dengan gaya komedian namun dengan logika yang
dangkal, akhirnya yaa itu tadi: JAYUS! GARING!
Contoh logika dangkal, dia mengungkapkan dengan percaya diri bahwa:
“Di
berbagai hal, sering kali agama menjadi penghalang bagi manusia untuk memahami
science.”
Si
atheis yang nulis ini saya yakin bukan seorang scienties, bukan pula seseorang
yang paham mengenai fisika, biologi, kimia apalagi tentang genetika Mendelian dan semacamnya. Dia pun
tidak pernah memberikan kontribusi nyata sebagai seorang atheis dalam
mengembangkan science di desanya atau di kotanya. Masalahnya, seorang scienties
beneran sekelas B.J. Habibie, Brian Cox, Yohanes Surya dan David Christian nggak gini-gini amat. Tidak serta merta menyimpulkan bahwa agama
sebagai penghambat kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya science.
Lebih
dari itu dia bukanlah seorang ahli agama. Dia juga tidak paham bahasa Arab,
tidak bisa membaca dan memahami kitab kuning, dia pun saya yakin belum pernah
membaca bukunya Franz Rosenthal yang berjudul The Knowledge
Triumphant, tapi
dalam pernyataannya seolah telah khatam membaca buku Science in The Name of God karya Kasem Khaleel, seakan omongannya telah lama
melakukan anjangsana ke para ulama kemudian menyimpulkan— dengan
bukti yang semu bahwa agama penghambat ilmu pengetahuan.
Saya
kira mereka telah kehilangan nalar skeptitisme, yang padahal John Locke dan
David Hume dan para pemikir atheis yang beraliran empirisme sering mengingatkan
dalam tulisan-tulisannya bahwa jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Ragukanlah
segala sesuatu.
Lagi
pula, menggunakan jasa Tuhan sebagai objek guyonan itu sudah sangat sangat
sangat kampungan. Ibaratnya nih, orang-orang Barat sudah meninjakan kaki di
bulan sementara atheis di sini masih sibuk membuat lawakan super jayus tentang
Tuhan.
Sekian
~
yah akhir akhir ini banyak atheist pemula nan fanatik yang muncul dengan terlalu semangat (mereka pun banyak mengklaim mereka bebas dari doktrin2 konyol agama) saking semangatnya malah mereka menjadi sangat mirip dengan fanatik-fanatik beragama hanya saja di pihak yang berbeda... menurut saya itu juga bukan lelucon, mereka memang sedang berusaha mendakwah keyakinan atheist mereka dengan cara persis seperti cara fanatik fanatik agama lakukan... memang di dunia medsos adegan saling menghina semakin marak; fanatik agama kristen mengolok Muhammad, fanatik agama islam mengolok Yesus, dsb nah muncullah atheist pemula ini dia mengolok Tuhan.. well, mereka semua sama saja tidak peduli kristen, islam, hindu, budha, atheist; disandingkan dengan kata fanatik mereka menjadi serupa... mereka semua tidak lucu
ReplyDeleteNah itulah poin saya. Bahwa atheis seringkali mengklaim yang paling rasional, ilmiah. Padahal, kalo ditelaah sekali lagi, ternyata omongannya cuman sampah dan banyak argumennya yang tidak lebih dari kelas ayam kampung ~
Delete